Hidayatullah.com–Sebuah laporan dewan juri yang diterbitkan pada Selasa mengungkapkan bahwa lebih dari 300 “pastor predator” di Pennsylvania yang melakukan pelecehan seksual telah dilindungi Gereja Katolik, tulis Anadolu Agency.
Laporan itu dirilis setelah penyelidikan selama 18 bulan terhadap pelecehan yang dilakukan oleh Jaksa Agung Pennsylvania Josh Shapiro.
“Kami mulai memahami bagaimana gereja menutup-nutupi skandal secara sistematis,” kata Shapiro saat konferensi pers.
Baca: 7% dari Pendeta Katolik Australia Lakukan Pelecehan Seksual
“Tujuan mereka bukanlah untuk membantu anak-anak, melainkan untuk menghindari skandal, dan menjaga citra pemuka agama dan gereja,” kata laporan itu.
Dewan juri mengatakan bahwa gereja tak hanya gagal menghukum pastornya, tetapi beberapa dari mereka malah naik jabatan.
Hasil penyelidikan terhadap enam keuskupan gereja menemukan bahwa lebih dari 1.000 anak – laki-laki dan perempuan – menjadi korban pelecehan seksual. Jumlah itu mungkin lebih rendah dari jumlah yang sebenarnya karena data yang tak lengkap.
“Alih-alih penyembuhan, korban malah dipermalukan,” tambah Shapiro.
Gereja bukanlah satu-satunya entitas yang menutup-nutupi insiden itu. Laporan itu menunjukkan bahwa kepolisian mengetahui beberapa kasus pelecehan seksual, namun menolak untuk mengusut lebih lanjut.
Meskipun sebagian besar kasus terjadi sebelum tahun 2000 dan telah melewati batas waktu pengusutan, namun laporan itu menuntut dua pastor untuk diadili.
Baca: Paus Minta Maaf atas Beberapa Skandal yang Libatkan Gereja Katolik
Laporan itu menuturkan kisah-kisah puluhan orang yang telah disiksa dan diperkosa oleh para pastor, dan diminta untuk tidak mengatakan apa pun tentang hal itu.
“Kami ingin menekankan bahwa karena banyaknya pelaku yang terlibat, kami tak yakin akan menghukum semuanya, kami akan berjuang semampu kami,” tegas dewan juri.
Sejumlah gereja telah menanggapi laporan itu dan menyatakan dukungan mereka untuk penyelidikan di dalam gereja.
“Sebagai uskup Anda, saya benar-benar minta maaf atas segala kesalahan yang dilakukan oleh gereja kami, dan seperti Anda, saya turut bersedih atas penderitaan para korban,” ujar Joseph Bambera, seorang uskup dari Keuskupan Scranton, menanggapi laporan tersebut.*