Hidayatullah.com–Berdiri melingkar sambil menjaga jarak, hari Senin malam (12/10/2020) ribuan orang berkumpul sambil membawa lilin di salah satu tempat keramat umat Katolik paling terkenal di Portugal, kebanyakan berdoa agar pandemi coronavirus segera berakhir.
Setiap bulan Oktober, sekitar 10.000 orang melakukan perjalanan menuju Santuário de Fátima, kebanyakan berjalan kaki, guna memperingati penampakan ketiga dan terakhir Perawan Suci Maria lebih dari 100 tahun silam. Namun dikarenakan Covid-19, tahun ini acara itu hanya boleh diikuti oleh 6.000 orang dengan mengenakan masker.
“Kami membutuhkan kehidupan dalam masyarakat, pandemi telah menghancurkannya,” kata Francisco Simoes, yang berjalan lebih dari 120 kilometer untuk mengikuti acara Katolik itu.
“Kami meminta agar Perawan Suci Maria membebaskan kami dari pandemi terkutuk ini dan menolong mereka yang sakit, yang menderita dan yang kehilangan orang-orang yang dicintainya,” kata Simoes seperti dikutip Reuters.
Menurut ajaran Gereja Katolik, Perawan Suci Maria menampakkan dirinya kepada tiga bocah Portugis pada 1917 di Fatima, yang kala itu merupakan sebuah desa pertanian miskin. Keyakinan Katolik mengatakan Perawan Suci Maria kala itu memberikan tiga pesan kepa bocah-bocah tersebut, yang dikenal sebagai “rahasia Fatima”.
Paus Fransiskus menjadikan dua dari anak-anak gembala itu sebagai orang kudus pada 2017.
“Tahun ini saya berdoa untuk para dokter, perawat, pasukan keamanan, jurnalis, yang juga berjuang,” kata seorang lelaki bernama Antonio Manuel.
“Dan saya berdoa untuk semua yang bekerja melawan coronavirus,” ujar pria berusia 60 tahun itu, sambil berdiri di samping patung kecil Bunda Maria yang dibawanya dari Valongo, kota kecil di Utara Portugal berjarak sekitar 200 km dari Fatima.
Meskipun Portugal sejauh ini hanya mengkonfirmasi 87.913 kasus Covid-19 dengan 2.094 kematian, pandemi telah mengganggu perekonomian negara yang sangat bergantung pada pariwisata itu, termasuk tempat-tempat seperti Fatima di mana daerah itu mengandalkan pemasukan dari wisatawan asing untuk bertahan hidup.
“Ini merupakan masa yang sulit bagi semua orang,” kata Jose Fernando yang sedang menunggu kebaktian dimulai di Santuário de Fátima*