Hidayatullah.com–Kosovo dan ‘Israel’ meresmikan hubungan diplomatik melalui upacara virtual pada hari Senin (01/02/2021). Kabar ini disampaikan Menteri Hubungan Luar Negeri Kosovo Meliza Haradinaj Stubla sebagaimana dikutip oleh Middle East Eye (MEE).
Berbicara melalui Facebook pada hari Jum’at (29/01/2021), Stubla mengatakan keputusan untuk mengakui ‘Israel’ itu bersejarah dan berasal dari “persahabatan panjang antara rakyat kami”. Tak lupa, Stubla memuji semua langkah ini akibat jasa Amerika Serikat.
“Pengakuan oleh ‘Israel’ adalah salah satu pencapaian terbesar bagi Kosovo, datang pada momen penting bagi kami, berkat Amerika Serikat,” kata Stubla. “Segera, kami akan menyelesaikan hubungan diplomatik antara negara kami,” tambahnya.
Stubla mengatakan dia dan mitranya dari pemerintah Zionis, Gabi Ashkenazi, akan mengadakan upacara virtual pada 1 Februari untuk mengumumkan langkah tersebut.
Kesepakatan yang Ditengahi AS
Kosovo, negara mayoritas Muslim, setuju pada September untuk mengakui ‘Israel’ sebagai bagian dari kesepakatan yang ditengahi AS yang dipuji oleh presiden Donald Trump sebagai “terobosan besar”. Kesepakatan itu juga termasuk janji Kosovo untuk menormalisasi hubungan ekonomi dengan bekas saingan dan tetangganya Serbia, sementara Serbia berjanji akan memindahkan kedutaannya ke Yerusalem.
Washington mengakui Yerusalem sebagai ibu kota ‘Israel’ pada akhir 2017 dan memindahkan kedutaan AS ke sana pada Mei 2018, sebuah langkah yang dikritik oleh Palestina dan sebagian besar komunitas internasional. ‘Israel’ menganggap seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya yang tidak terbagi, sementara Palestina melihat bagian timur kota sebagai ibu kota negara masa depan mereka.
Stubla, yang pengumumannya pada Ahad bertepatan dengan Hari Peringatan Holocaust Internasional. Ia juga berbicara tentang ketika orang-orang Yahudi yang dianiaya diberi perlindungan oleh orang-orang Albania di daerah itu selama Perang Dunia Kedua.
“Sebagai orang yang murah hati dan orang beriman, kami bersama orang-orang ‘Israel’ dalam periode paling gelap dalam sejarah mereka,” kata Stubla. “Saat mereka bersama rakyat kami pada saat-saat paling sulit dan vital bagi kami ketika mereka membuka pintu bagi pengungsi Kosovo dan mendukung perjuangan Kosovo untuk kebebasan,” tambahnya.
Kosovo yang mayoritas beretnis Albania mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada 2008 setelah kampanye pengeboman yang dipimpin NATO untuk membatasi perang etnis. Pristina bisa menjadi negara mayoritas Muslim pertama yang membuka kedutaan besarnya di Yerusalem.
Pemerintah Zionis belum mengakui kemerdekaan Kosovo. Namun, menurut Haaretz, “‘Israel’ telah melakukan pembicaraan dalam beberapa tahun terakhir dengan Kosovo tentang pembukaan kantor untuk kepentingan ekonomi di Tel Aviv untuk memajukan investasi dan perdagangan dengan negara Balkan.”
Serbia, yang didukung oleh sekutu besar Slavia dan Ortodoks Kristen Rusia, tidak mengakui kemerdekaan Kosovo, prasyarat untuk keanggotaan Serbia di masa depan di Uni Eropa.*