Hidayatullah.com—Pengadilan perceraian di Beijing memerintahkan seorang pria untuk membayar uang kompensasi kepada istrinya atas pekerjaan rumah yang dilakukannya selama masa pernikahan mereka.
Pihak wanita akan mendapatkan 50.000 yuan ($7.700; £5.460) untuk kerja mengurus rumah selama 5 tahun, kata pengadilan.
Menurut berkas pengadilan, pria yang diidentifikasi bermarga Chen mengajukan gugatan cerai tahun lalu terhadap istrinya yang bermarga Wang, setelah menikah di tahun 2015.
Awalnya Wang enggan untuk bercerai, tetapi kemudian dia menuntut kompensasi finansial, dengan argumen Chen tidak ikut menanggung pekerjaan merawat putra mereka atau membantu pekerjaan rumah.
Pengadilan Distrik Fangshan di Beijing mengeluarkan keputusan yang berpihak kepada Wang, memerintahkan suaminya membayar tunjangan bulanan pascacerai 2.000 yuan serta tunjangan sekali bayar 50.000 yuan untuk pekerjaan rumah yang dilakukannya istrinya selama pernikahan.
Hakim ketua usai persidangan hari Senin mengatakan bahwa pemisahan properti bersama milik suami-istri setelah mereka bercerai biasanya disertai dengan pemisahan properti tidak berwujud. “Pekerjaan rumah itu termasuk dalam nilai properti tidak berwujud,” kata hakim seperti dilansir BBC Rabu (24/2/2021).
Keputusan itu dibuat berdasarkan UU perdata baru yang disahkan tahun ini. UU itu menyebutkan bahwa salah satu pasangan berhak menuntut kompensasi dalam perceraian apabila suami atau istri menanggung beban lebih banyak dalam perawatan anak, perawatan kerabat yang lebih tua, dan membantu menyelesaikan pekerjaan pasangannya.
Pada UU sebelumnya, pasangan yang bercerai hanya dapat menuntut kompensasi semacam itu apabila ada perjanjian pranikah yang ditandatangani kedua pihak, praktik yang jarang dilakukan di China.
Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), wanita di China menghabiskan waktu sekitar 4 jam sehari untuk melakukan pekerjaan di rumah yang tidak dibayar, sekitar 2,5 kali lebih banyak dibandingkan pria.
Rata-rata negara OECD wanita menghabiskan waktu 2 kali lebih banyak melakukan pekerjaan rumah yang tidak ada upahnya dibanding pria.
Kasus tersebut mendapat tanggapan ramai dari pengguna media sosial di China. Sebagian mengatakan kompensasinya terlalu kecil karena upah seorang pengasuh anak di China setahun lebih dari 50.000 yuan, sebagian lain mengimbau kaum wanita tetap meneruskan karir atau pekerjaannya apabila menikah dan tidak sekedar menjadi ibu rumah tangga.*