Hidayatullah.com — Masa depan ekonomi Afghanistan diperkirakan akan semakin mengerikan dengan pendapatan per kapitanya yang turun lebih dari satu pertiga dalam empat bulan terakhir tahun 2022, kata Bank Dunia HAS. Bahkan menyebabkan sekitar 37% keluarga Afghanistan tidak mampu membeli makanan.
“Salah satu negara termiskin di dunia menjadi jauh lebih miskin,” kata Tobias Haque, Ekonom Senior Bank Dunia untuk Afghanistan, Rabu dilansir TRT World (14/04/2022).
“Isolasi ekonomi Afghanistan menyusul risiko krisis politik Agustus lalu … yang mengarah pada kemiskinan, pengungsian, kerapuhan, dan ancaman ekstremisme,” katanya dalam briefing pembaruan pertama Bank Dunia di negara itu sejak Agustus.
Kemenangan Taliban mendorong pemerintah asing, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, untuk memotong bantuan pembangunan dan keamanan. Selain itu sanksi yang ketat dan diputusnya akses Afghanistan ke aset mereka telah melemahkan sektor perbankan negara tersebut.
Pendapatan turun
Pembaruan Bank Dunia mengatakan bahwa pendapatan telah turun begitu tajam sehingga sekitar 37 persen keluarga Afghanistan tidak memiliki cukup uang untuk membeli makanan sementara 33 persen mampu membeli makanan tetapi tidak lebih.
Kegagalan Taliban untuk memenuhi persyaratan Barat, khususnya akses ke pendidikan untuk semua anak perempuan, telah menyebabkan masyarakat internasional menahan bantuan internasional dan mempertahankan sanksi keuangan, dengan pengecualian untuk bantuan kemanusiaan.
“Dalam kondisi saat ini, prospek ekonomi Afghanistan mengerikan,” kata Bank Dunia dalam sebuah pernyataan yang menyertai pembaruan tersebut.*