Hidayatullah.com– Dinas intelijen dalam negeri Amerika Serikat FBI mengklaim seorang pria Iraq, yang bermukim di negara bagian Ohio, berusaha menuntut balas atas korban nyawa dan kerusakan yang ditimbulkan invasi pasukan AS ke Iraq tahun 2003 pada masa pemerintahan George W Bush.
Departemen Kehakiman pada hari Selasa (24/5/2022) mengatakan seorang pria Iraq yang mencari suaka di AS telah merencanakan untuk membunuh mantan Presiden George W Bush, lansir DW.
FBI mengajukan gugatan hukum di pengadilan federal di Columbus, Ohio, terhadap tersangka konspirator itu, yang ditangkap pada Selasa pagi.
Pria berusia 52 tahun itu terancam hukuman hingga 30 tahun penjara dan denda $500.000 jika terbukti bersalah.
Menurut FBI, pria yang tinggal di Columbus itu mengatakan kepada seorang informan FBI bahwa dirinya sedang berusaha menyelundupkan sedikitnya empat orang Iraq dari Meksiko ke AS untuk membantu melakukan pembunuhan tersebut.
Pria itu mengatakan bahwa mereka ingin membunuh Bush karena dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan banyak orang Iraq dan menghancurkan seluruh negara Iraq, menurut berkas gugatan yang dimasukkan FBI.
Pemerintahan Bush melancarkan invasi ke Iraq pada tahun 2003 dan menggulingkan pemerintahan Saddam Hussein dengan alasan pemerintah Baghdad memiliki senjata pemusnah massal, klaim yang kemudian terbukti merupakan rekaaan atau tuduhan palsu yang dibuat Washington dan sekutu Barat untuk membenarkan serangan ke Iraq.
FBI menuding pria Iraq tersebut memiliki kontak dengan kelompok ISIS alias IS alias Daesh.
Konon katanya, pria itu telah mengawasi lokasi-lokasi yang terkait dengan Bush di Dallas, Texas, tempat tinggal bekas presiden AS itu. Dia juga disebut mendiskusikan dengan seorang informan FBI cara untuk memperoleh senjata, seragam petugas sekuriti dan kendaraan yang akan dipakai dalam asasinasi itu. Namun, gugatan FBI itu mengatakan bahwa rencana itu tampaknya masih jauh dari terwujud.
Pria Iraq itu tiba di AS pada bulan September 2020 dengan visa kunjungan, lalu mengajukan suaka pada Maret 2021 setelah masa berlaku visa habis.
FBI mengerahkan sejumlah informan yang menjadi kaki-tangannya untuk mendekati pria Iraq itu sejak dia mengajukan suaka dan sampai bulan ini, menurut berkas yang diajukan ke pengadilan.
Pekan lalu, Bush salah ucap ketika berpidato di kantor politiknya di Dallas.
Ketika mengecam Presiden Vladimir Putin atas invasi pasukan Rusia ke Ukraina dia berkata, “… keputusan dari seorang pria untuk melancarkan invasi yang sepenuhnya tidak dapat dibenarkan dan brutal ke Iraq — maksud saya Ukraina.”
“Iraq, juga – ngomong-ngomong,” ujarnya sambil tertawa terkekeh-kekeh, sebelum menyalahkan keliru lidahnya pada usianya yang sudah uzur dengan berkata “75”.
Ucapan Bush itu kontan menuai kecaman dari para kritikus dan politisi, yang berpendapat bahwa itu tidak lucu.*