Hidayatullah.com– Lebih dari 20 tahun setelah bioskop-bioskop ditutup di daerah Kashmir yang dikuasai India, sebuah multiplex modern dibuka mulai pekan kemarin di ibukota musim panas, Srinagar.
“Revolusi sosio-ekonomi besar menyapu Jammu dan Kashmir kurun tiga tahun terakhir. Merefleksikan sebuah harapan baru, mimpi-mimpi, keyakinan dan aspirasi rakyat,” kata Manoj Sinha, letnan gubernur wilayah setempat.
Sekelompok anak muda menghadiri penayangan perdana yang menampilkan “Laal Singh Chaddha”, sebuah remake dari film laris Hollywood 1994 “Forrest Gump”. Film tersebut sebagian besar diambil gambarnya di wilayah Ladakh dan Srinagar.
Tahun 1989, pemilik bioskop menggulung layar mereka di kawasan Lembah Kashmir karena marak aksi militansi. Bioskop dianggap “tidak Islami” dan terpaksa ditutup karena ada ancaman dan serangan oleh kelompok militan bersenjata.
Sejumlah bioskop dibakar dan pada Desember 1989 akhirnya seluruh bioskop di Kashmir ditutup, berikut toko-toko minuman keras dan salon kecantikan. Banyak bangunannya diubah menjadi kamp keamanan India atau menjadi kompleks perbelanjaan dan rumah sakit.
Segelintir bioskop di Srinagar sempat buka sebentar sepuluh tahun kemudian, tetapi setelah serangan granat yang diarahkan ke penonton di bioskop Regal pada September 1999 yang menewaskan satu orang, bioskop-bioskop kembali menggulung layar.
Di masa lampau, pemandangan alam indah Lembah Kashmir kerap menghiasi latar adegan film-film India. Sebut saja beberapa di antaranya seperti “Haider”, “Hamid”, “Fitoor” dan “Valley of Saints”.
Kashmir juga kerap menjadi lokasi syuting luar ruangan film buatan Bollywood dan film India lain dari tahun 1840 hingga 1989, sampai bentrokan bersenjata membuat industri film berpaling dari Lembah indah itu.
Sebagian kalangan menilai pembukaan kembali bioskop bisa menjadi langkah awal menuju pemulihan sediakala kehidupan sehari-hari masyarakat Kashmir.
“Segenap generasi tumbuh dibesarkan di Lembah itu tanpa pernah mengunjungi gedung bioskop. Mari kita lihat apakah ini akan menandai sebuah perubahan,” kata seorang pengusaha lokal Riyaz Bhatt kepada RFI Ahad (25/9/2022).
“Kami menyadari tidak ada sumber hiburan bagi kaum muda dan kami mengambil inisiatif ini. Kami ingin membawa teknologi baru ke Kashmir,” kata Vijay Dhar, pemilik bioskop yang berperan penting dalam menyiapkan multipleks tiga layar.
“Saya berharap gedung bioskop baru dan syuting film yang sedang berlangsung akan memperbarui ikatan indah antara Jammu Kashmir dan industri film India.”
Pembunuhan-pembunuhan pada tahun-tahun belakangan ini atas kaum minoritas, pekerja migran dan petugas kepolisian setempat di Lembah Kashmir memberikan kesan situasi keamanan di Jammu dan Kashmir sekali lagi tidak terkendali.
Pada 2019, pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi meletakkan Kashmir – satu-satunya wilayah di India yang penduduknya mayoritas Muslim – di bawah kendali langsungnya dengan menghapus status khusus Kashmir.
Pencabutan status Kashmir sebagai daerah khusus dan penindasan kaum mayoritas Hindu kepada minoritas Muslim telah memicu fase baru militansi melalui munculnya kembali militan lokal dan perekrutan lokal.*