Hidayatullah.com–Untuk menjamin masyarakat dari adanya hewan kurban yang tidak sehat, Sudin Peternakan Dan Pertanian Jakarta Pusat memperketat pengawasan terhadap hewan kurban yang didatangkan dari kawasan endemis antrhax, seperti Purwakarta, Bekasi, dan Bogor .
Pengawasan ini dilakukan berdasar pengalaman tahun lalu, banyak ditemukan penyakit pada hewan. Tahun lalu, Pertanian Jakpus menemukan sejumlah hewan kurban menderita penyakit ringan. Di antaranya sakit pada bagian mata (pink eyes), sakit kulit (scabies), dan cacing hati.
“Sebanyak 27 ekor menderita cacing hati. Tapi tak berbahaya. Sehabis dipotong, daging bisa dimakan, hatinya dibuang saja. Ciri-cirinya hati berwarna keputihan,” ungkap Hery, Kamis (5/11).
Hery mengimbau kepada masyarakat agar pandai memilih hewan kurban. Hewan kurban yang laik biasanya terlihat lincah dan memiliki bulu yang mengkilat. “Jika bulunya berdiri dan terlihat lesu, justru hewan itu cenderung mengidap penyakit,” ungkapnya.
Kepala Seksi Peternakan Sudin Peternakan dan Pertanian Jakarta Pusat, Hery Indyanto mengatakan, pengawasan dilakukan di 197 titik penampungan hewan kurban yang ada di wilayah Jakarta Pusat, yaitu yaitu Tanahabang 75 lokasi, Kemayoran 35 lokasi, Senen 23 lokasi, Cempakaputih 18 lokasi, Gambir 17 lokasi, Johar 16 lokasi, Menteng 10 lokasi, dan Sawahbesar 3 lokasi. Serta di 140 tempat pemotongan yang terdaftar tahun ini, yakni 20 lokasi di Kemayoran, 18 di Cempakaputih, 19 di Senen, 28 di Tanahabang, 15 di Sawahbesar, 14 di Gambir, serta 15 di Menteng.
Tindakan pengawasan sendiri rencananya mulai dilaksanakan pada tanggal 15 hingga 26 November 2009. Sebanyak 50 petugas dari Sudin Peternakan siap dikerahkan, dibantu oleh 40 petugas dari Institut Pertanian Bogor (IPB), 14 petugas dari Dinas Pertanian dan Peternakan, 2 petugas dari Dirjen Peternakan, serta 2 personel dokter dari Persatuan Dokter Hewan Indonesia.
Dalam pemeriksaan tersebut, para penampung hewan kurban harus bisa menunjukkan surat kesehatan hewan dari daerah asal. Setelah itu, petugas akan melakukan pengecekan ulang kesehatan hewan tersebut. Jika terbukti benar-benar sehat, petugas akan menempelkan stiker bukti pemeriksaan.
“Petugas langsung memeriksa di lapangan. Bila kedapatan hewan yang sakit maka harus langsung diisolasi,” lanjutnya.
Selain itu, untuk memberikan pengetahuan kepada para penyelenggara hewan kurban, pada tanggal 18 November mendatang sebanyak 70 perwakilan panita penyelenggara kurban akan diberi pelatihan di Masjid Sunda Kelapa.
“Mereka terdiri dari panitia penyelenggara. Kita berikan pengetahuan terkait dengan kondisi hewan kurban hingga proses pemotongannya. Semoga ini sangat bermanfaat,” tutur Hery.
Berdasarkan data Sudin Pertanian dan Peternakan Jakpus, saat Idul Adha tahun lalu, hewan kurban di Jakpus terdiri dari sapi sebanyak 673 ekor, kerbau 5 ekor, domba 259 ekor, dan kambing 2.760 ekor. Dari jumlah itu, tidak ada satu ekor pun yang terbukti mengidap penyakit anthrax. [bjkt/hidayatullah.com]