Hidayatullah.com—Dalam agenda pemeriksaan terdakwa pada sidang ke-12 kasus terorisme yang mendakwa Muhammad Jibriel Abdurrahman pada Selasa siang (11/5) pukul 13.00 wib di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jibriel mengungkapkan bahwa dirinya disiksa dan ditelanjangi selama 4 hari pemeriksaan, sebelum BAP dibuat.
Jibriel menyatakan, sebelum di-BAP (Berita Acara Pemeriksaan) dan bertemu penyidik, ia disiksa, dipukuli, dan ditelanjangi oleh Densus 88 setiap hari hingga malam. Ini terjadi selama 4 hari setelah penangkapan.
“Baru pada hari ke-5 saya disidik dan diperlakukan baik oleh penyidik,” katanya, berkenaan jawaban atas pertanyaan Jaksa Firmansyah, yang menanyakan apakah Jibriel di-BAP dalam keadaan sehat dan sadar? Walaupun Jaksa membatasi pertanyaan hanya pada saat di-BAP, tetapi tidak menyurutkan Jibriel mengungkapkan kekerasan yang dialaminya dan pengaruh kekerasan tersebut pada mentalnya saat dibuatkan BAP.
”Saya pernah difoto dan direkam saat kondisi telanjang. Bahkan, kemaluan saya difoto close up saat dokter memeriksa saya, lalu hasil jepretan dan rekaman tersebut dijadikan alat untuk memaksa saya mengaku pernah bertemu Nurdin M Top dan melakukan hubungan homoseksual dengan teman-teman di Malaysia. Jika tidak mau, foto dan rekaman tersebut akan diekspose secara besar-besaran di media. Tapi saya mengatakan kepada mereka, saya tidak mau mengikuti keinginan mereka dan saya tidak takut untuk diekspose dan pada saat itu di antara mereka saya mengenali sebagai Gorries Mere,” tegas Jibriel.
Menurut Jibriel pula, setelah di-BAP ia pernah mengalami penyiksaan dan kekerasan kembali, walaupun tidak terlalu sering seperti sebelumnya. “Dan bekas-bekas penyiksaan masih bisa Anda lihat pada wajah saya,” katanya.
Pengakuan Jibriel ini sangat mengejutkan pengunjung yang kebetulan sangat ramai. Umumnya mereka para simpatisan, baik wanita bercadar maupun pria. Juga dihadiri para wartawan. Pengunjung sempat bereaksi dengan meneriakkan takbir memberikan dukungan untuk Jibriel.
Di akhir sidang Jibriel menegaskan kepada Hakim Ketua Haryanto,SH bahwa BAP dirinya lemah dan ia merasa dizalimi. ”Saya merasa dizalimi dan ini pernah saya ceritakan kepada penyidik bahwa saya disiksa, tetapi penyidik lepas tangan. Jadi jelas BAP ini lemah karena saya di bawah tekanan,” tandas Jibrel. [bil/hidayatullah.com]