Hidayatullah.com–Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Dr Sulistyo, mengaku prihatin dengan adanya kesemrawutan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2013. Padahal menurutnya, UN merupakan ritual penting yang kerap dilaksanakan setiap tahun.
Ia juga mengaku kasihan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr Mohammad Nuh, yang saat ini terus dipojokan akibat kacau balaunya pelaksanaan UN.
“Saya kasihan dengan Pak Menteri Nuh. Siapa yang menjadi biang kerok atas kacaunya UN?, padahal ujian diperlakukan begitu rupa sehingga dianggap penting dan istimewa,” kata Sulityo, dalam perbincangan bersama Pro3 RRI, Selasa (16/04/2013).
Selama melakukan pemantauan pelaksanaan UN 2013, pihaknya mendapatkan banyak laporan yang mengindikasikan buruknya pelaksanaan UN tahun ini.
Usul Dihapus
Menurut Sulistyo, amburadulnya pelaksanaan ini menguatkan desakan agar pemerintah segera menghapuskan UN.
“Inilah saatnya UN dihapuskan dan merumuskan kembali model evaluasi yang sesuai dengan perundangan dan model pembelajaran yang direkomendasikan,” papar Sulistyo dikutip Poskota.
Selain mendesak penghapusan UN, PGRI juga meminta agar Presiden melalui BPK segera melakukan audit. Terutama soal tender dalam penentuan percetakan soal-soal UN.
Menurut Sulistyo, ketidakserentakan UN di 11 provinsi dan sejumlah daerah telah membuka peluang yang lebih besar untuk terjadinya kecurangan dalam UN. Dan ini sangat menghawatirkan tentang akurasi dan validitas perolehan nilai siswa.
“Kami juga meminta agar seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri atau SNMPTN yang memasukkan nilai UN sebagai komponen seleksi agar dibatalkan,” lanjut Sulistyo.
Seperti diketahui, tahun ini, anggaran untuk penyelenggaraan UN 2013 yang telah disetujui oleh DPR adalah Rp 600 miliar.*