Hidayatullah.com–Bertempat di gedung TK Al Azhar lantai 8 Kajian Kemuslimahan (KAMUS) tanggal 20 Oktober 2013 lalu mengadakan kajian bertemakan “Gaya Hidup Muslimah Sejati”.
Acara yang dihadiri sekitar 200 orang itu terasa lebih intim. Acara yang diselenggarakan dari perempuan untuk perempuan ini tidak hanya anggota YISC saja tapi juga dihadiri oleh muslimah dari berbagai penjuru Jakarta.
Profesi mereka juga beragam. Mulai mahasiswa, ibu rumah tangga, sampai Desainer fashion turut hadir.
KAMUS adalah divisi kajian yang berada dibawah YISC Al Azhar.
Sudah lebih dari 10 tahun KAMUS berdiri. Kegiatan yang awalnya lebih menitikberatkan pada pembinaan internal anggota puteri YISC, lama-kelamaan berkembang dalam bentuk kajian yang juga dihadiri masyarakat diluar anggota YISC.
Mila Herawati, Ketua Divisi Kemuslimahan YISC Al Azhar mengatakan KAMUS merupakan kegiatan keputrian ditempatnya. Tapi kehadirannya diharapkan menjadi dakwah bagi semua orang.
“Biasanya KAMUS diadakan di Masjid Al Azhar. Walaupun untuk muslimah, tapi dakwahnya bisa langsung mengena pada para ikhwannya,” ucap Mila usai acara.
Beberapa tema yang pernah dikaji disana seperti takziatun nafs, sholat khusuk, dan parenting.
Ketiga pembicara yang dihadirkan adalah Sri Vira Chandra, Wirianingsih dan Emeralda Noor Achni. Masing-masing pembicara telah dikenal sepak terjang dakwahnya. Misalnya seperti Sri Vira dikenal sebagai pembina berbagai majelis ta’lim di Jakarta. Akhlak muslimah yang baik seperti para shahabiyah, merupakan pembahasan yang disampaikan oleh lulusan Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah.
Sedangkan Wirianingsih, selain menjabat sebagai anggota Komisi XI DPR RI, beliau juga dikenal sebagai ibu dari sepuluh bintang al-Qur’an.
Wiwik-panggilan Wirianingsih-banyak berbagi pengalaman tentang pola pengasuhan anak untuk menjadi penghapal al-Qur’an.
Emeralda lain lagi. Pemilik akun twitter @Benefiko itu adalah Desainer grafis untuk buku visual Felix Siauw: Udah Putusin Aja dan Yuk, Berhijab!
Perempuan berusia 26 tahun itu secara panjang lebar menjelaskan aturan berhijab sesuai tuntunan al Qur’an dan hadits. Tak bosan-bosannya Ia berbagi cerita soal proses hijrahnya.
“Lebih baik mantan preman daripada mantan jilbab,” tegasnya.
Melalui beragam pertanyaan yang terlontar, tergambar keingintahuan yang besar. Ingin tahu sekaligus kritis. Widuri misalnya. Ia bertanya pada Vira-panggilan Sri Vira Chandra-mengenai keshahihan hadits dari Ad-Dainuri yang berbunyi: “Laki-laki memberi salam pada wanita dan wanita jangan memberi salam pada laki-laki.”
Menjawab pertanyaan itu, penulis tesis “Majelis Ta’lim dan Pemberdayaan kaum Muslimah”itu mengatakan jika melihat dari tindakan dan akhlak Rasulullah SAW, maka hadits itu tidak sesuai. “Rasulullah terbuka dalam berinteraksi dengan perempuan. Sama seperti wanita Anshor yang banyak bertanya padanya. Untuk menjawab salam, kita perlu melihat konteksnya,” tuturnya.
Ia menambahkan, jika hadits tersebut diterapkan dalam kondisi saat ini, maka akan menimbulkan pandangan negatif pada perempuan. Ada salah seorang temannya yang pernah melakukan apa yang dianjurkan hadits tersebut.
“Melewati beberapa laki-laki yang ada disebuah gang, kemudian dia nyelonong begitu saja ketika ada yang mengucapkan salam,”ucapnya.
Walhasil, ada tanggapan negatif terhadap perempuan itu. Menurutnya, sekadar membalas salam, tidak ada salahnya. “Yang harus dijaga adalah perilaku perempuan dalam berkata-kata. Batasi pembicaraan yang tidak perlu. Berbicara dengan lawan jenis secukupnya,”ungkapnya sembari mencontohkan perilaku wanita Anshor yang berani tapi tetap menjaga kehormatan diri.
Berbagai pertanyaan deras mengalir. Salah satunya dari Andalusia. Ia adalah desainer di sebuah perusahaan di bidang fashion. Ada kebingungan dalam dirinya.
“Apakah saya harus keluar dari perusahaan tempat saya bekerja? Padahal itukan mata pencaharian saya,” tanyanya.
Pertanyaan yang diajukan pada Emeralda disambut dengan jawaban lugas. “ika belum memungkinkan untuk keluar, bertahan saja di sana. Masih banyak kebutuhan muslimah yang bisa dieksplor fashion-nya,” kata perempuan yang juga sering dipanggil Benefiko ini.
Saat ini belum ada perusahaan yang menjual baju bagi muslimah yang hobinya basket atau naik gunung. Itu merupakan celah yang bisa dimasuki.
“Berpakaian syar’i bukan berarti gak bisa olahraga. Cuma, mungkin kita belum terbiasa,” cetusnya. Ia sendiri selalu menjahitkan abaya supaya leluasa menyetir motor.
“Silakan tetap mendesain hijab tetapi yang syar’i berdasarkan tuntunan dalil untuk mencapai fungsi hijab yang sesungguhnya, bukan mendesain untuk mengejar fashion yang justru mengekspos keindahan wanita. Masih banyak diperlukan desainer yang memproduksi hijab syar’i untuk muslimah kita,” tambah Emeralda.
Menurut Mila, ketiga pembicara tersebut dihadirkan untuk mengakomodir kebutuhan para muslimah. Menurut perempuan yang masuk YISC tahun 2010 itu, walaupun materinya merupakan materi dasar, namun adakalanya para muslimah kurang memberi perhatian pada hal semacam itu.
Kebutuhan Wanita
Menurut Mila, KAMUS hari minggu lalu merupakan acara keputrian terakhir tahun ini.
“Berikutnya kami akan konsentrasi pada pemilihan Ketua YISC yang baru sekaligus juga pada pemilihan pengurus,”ulasnya.
Menurut Mila, setelah pemilihan pengurus, KAMUS akan segera menggodok program berikutnya.
Meski tahun ini adalah tahun terakhir dirinya menjabat sebagai ketua divisi tersebut, namun Ia berharap KAMUS bisa menjadi divisi yang berdiri sendiri. Perkembangan setiap tahunnya signifikan. Bahkan peserta pernah mencapai 300 orang.
Lebih lanjut, Ketua periode 2012-2013 itu, memaparkan visi lainnya. “Ketika sudah menjadi divisi yang berdiri sendiri, nantinya bisa mengeksplor ketrampilan seperti menulis, memasak, menjahit dan lain sebagainya,”cetusnya.*