Hidayatullah.com–Ratusan murid Sekolah Dasar se-Jabodetabek diminta menuliskan apa yang ingin mereka ketahui seputar organ reproduksi. Hal itu dilakukan ketika sebuah yayasan peduli anak datang ke tiap sekolah untuk meneliti tingkat orientasi seksual anak.
Namun sejumlah pertanyaan mencengangkan didapati ketika kertas-kertas itu dikumpulkan.
Begini isi tulisan mereka: “Apa arti seks? Bagaimana cara melakukan seks? Berapa panjang kedalaman vagina? Bagaimana cara memasukkan penis dengan baik dan benar?”
Fakta tersebut menunjukkan, pertanyaan-pertanyaan tersebut mengindikasikan sejauh apa eksplorasi seksualitas yang mereka miliki.
“Keingintahuan mereka, mengerikan,” demikian ujar pegiat sosial dan pembicara masalah keluarga,Dr. Sitaresmi S. Soekanto dalam “Kajian Muslimah: Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual”, di Aula TK Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Sita, fakta tersebut juga semakin terhubung dengan beberapa survei lembaga penelitian yang banyak diberitakan di berbagai media massa.
Misalnya hasil penelitian yang dilakukan pada 340 siswa di sebuah kabupaten di Jawa Barat, sebanyak 3 dari 20 pelajar, sudah melakukan seks pra nikah. Begitu juga di kabupaten lainnya, tingkat rata-rata seks bebas sama atau bahkan lebih tinggi pada siswa yang tinggal di kota besar.
Para orangtua, kata Sita, tidak bisa mengacuhkan fakta tersebut. Mendampingi anak terhadap apa yang mereka baca, dengar dan tonton, menjadi sangat penting.
Tidak dipungkiri, kecanggihan teknologi memudahkan anak mengakses internet. Ia bisa membaca artikel dan melihat foto-foto asusila. Dari sana, pengetahuan seksualitasnya berkembang.
Remaja saat ini, imbuh Sita, memiliki metode menakutkan dalam eksplorasi seksualitasnya. Ada sekelompok anak SMP yang saling mentransfer video kegiatan seksualnya.
“Mereka tonton dan saling mengomentari melalui jaringan pribadi mereka. Sangat memprihatinkan,”tukas Dosen Manajemen Perubahan dan Manajemen SDM di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia itu.
Orangtua yang tidak mengikuti media sosial (medsos), akan ketinggalan terhadap lompatan-lompatan pengetahuan anaknya. Karena itulah, para ayah dan Ibu, perlu juga melek teknologi.*