Sambungan dari tulisan pertama
Hidayatullah.com– Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak menuturkan, ketika negara absen atas kasus kematian Siyono, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) meminta bantuan kepada Muhammadiyah.
“Sebagai ‘ibu’ negara, Muhammadiyah membantu, dan diinisiasilah autopsi terhadap jenazah Siyono untuk mencari kebenaran,” tuturnya mengenang.
Proses autopsi itu, ungkap Dahnil, melibatkan 9 dokter forensik Muhammadiyah yang ia sebut luar biasa Ruhul Ikhlas dan Ruhul Jihad-nya.
Tim Dokter Muhammadiyah Ungkapkan Rahasia Penyebab Jasad Siyono Masih Utuh
Kokam
Dahnil mengungkapkan, proses autopsi itu dibantu lebih 1.200 pasukan Kokam Jawa Tengah dan DIY yang dengan modal Tauhid, Ilmu dan Amal mengawal seluruh proses autopsi.
Mereka, tuturnya, juga memastikan keluarga Suratmi tidak lagi diteror berbagai pihak yang ingin mengubur fakta kematian Siyono.
Kokam pun siang malam berjaga dan membantu keamanan serta keselamatan keluarga Suratmi.
“Hormat saya kepada seluruh sahabat Kokam Pemuda Muhammadiyah yang waktu itu terlibat langsung, maupun yang melalui doa dan semangat. Kokam sudah menjadi bagian penting dalam hidup saya, selain induk Kokam tentunya, yakni Pemuda Muhammadiyah,” Dahnil mencurahkan isi hatinya.
Muhammadiyah Siapkan 9 Dokter, 1200 Anggota KOKAM Kawal Autopsi Jenazah Siyono
Densus 88
Kini, kasus Siyono belum tuntas secara hukum. Meskipun, imbuhnya, fakta melalui autopsi telah Komnas HAM, Muhammadiyah, dan Pemuda Muhammadiyah ungkap. Dimana, kata dia, semua yang disebutkan oleh Polisi dan Densus 88 terkait dengan penyebab kematian Siyono, semuanya tidak benar.
“Kasus Siyono menjadi pintu bagi jalan memahami ‘jeroan’ para bandit politik di Indonesia, menggunakan alat negara melakukan stigmatisasi teroris terhadap Islam, demi kekuasaan dan mengejar rente,” ungkapnya.
Selama ini, kata Dahnil, narasi dan tafsir tunggal siapa teroris hanya ada di tangan Densus 88.
“Tangkap. Melawan. Tembak. Mati, berikan sedikit ‘uang duka’ dan itu adalah teroris terkait jaringan bla..bla..bla… tanpa ada upaya hukum untuk menghadirkan keadilan,” ungkapnya.
Densus 88 Diduga Suap Istri Siyono Rp 100 Juta, KPK Ditagih Usut Tuntas
KPK
Selain menyoroti Densus 88, Dahnil dalam pernyataan panjangnya kepada hidayatullah.com itu juga menyinggung KPK terkait kasus kematian Siyono tersebut.
Diketahui, pasca kasus itu, pihak Densus 88 memberikan uang tunai sebesar Rp 100 juta kepada keluarga Siyono.
Uang yang berjumlah tidak sedikit itu ditolak oleh keluarga Siyono. Kemudian, diketahui bersama, uang itu diserahkan kepada KPK untuk diproses secara hukum.
“Proses hukum pidana terus akan kita tagih. Dan dugaan suap sebesar Rp 100 juta sudah kita serahkan kepada KPK untuk diusut. Dan akan segera kita tagih penyelesaiannya, untuk mengungkap siapa pemain rente terorisme selama ini di Indonesia dan melawan rancang besar stigmatisasi terorisme terhadap Islam,” pungkas Dahnil.
Ketum Pemuda Muhammadiyah: Kasus Kematian Siyono belum Tuntas
Diketahui, Siyono, warga Dusun Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah, tewas usai dibawa aparat Densus 88, Selasa (08/03/2016).
Warga Muhammadiyah Klaten ini awalnya sehat tanpa sakit tanpa luka. Korban dijemput Densus 88 setelah shalat maghrib di masjid dekat rumahnya. Siyono kemudian telah dinyatakan tewas oleh kepolisian saat pemeriksaan pada Jumat (11/03/2016).*