Hidayatullah.com– Jurnalis Muslim dinilai perlu meniru burung Hud-hud dalam kisah Nabi Sulaiman, kata pakar fiqh yang juga Ketua Majlis Fatwa dan Pusat Kajian Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Dr Zain An-Najah.
Mengutip al-Qur’an Surat an-Naml, Zain menceritakan, saat itu burung Hud-hud telat menghadiri pertemuan rutin dengan Nabi Sulaiman. Ketika datang, burung Hud-hud menjelaskan bahwa dia melihat sebuah kerajaan di sebuah negeri bernama Saba yang dipimpin oleh seorang ratu.
“Burung Hud-hud ini jurnalis yang baik, artinya seorang jurnalis harus merinci berita yang ada tanpa terjebak oleh hoax, dan jangan menyebar yang dia belum yakin,” ujarnya sebagai salah satu pembicara pada diskusi bertema “War on Hoax” yang diselenggarakan JITU di Jakarta Timur, belum lama ini.
Baca: Cara Mewaspadai Hoax: Belajar dari Kisah Nabi Sulaiman
Namun, Zain mengungkapkan, tidak hanya informasi yang detail, burung Hud-hud juga membawa pesan dakwah dengan menginformasikan bahwa seorang ratu tersebut menyembah matahari.
Menurutnya, hal ini penting bagi seorang jurnalis Muslim karena tidak ada jurnalis yang netral. Sekulerpun, kata dia, tidak akan netral karena menulis berdasarkan paham sekulerismenya. Sehingga jurnalis Muslimpun harus menulis berdasarkan ruh Islam, dengan menyisipkan pesan-pesan dakwah.
“Hud-hud juga begitu, ada pesan dakwahnya. Menulis informasi soal ratu dan kerajaannya saja tidak cukup, apa konten dakwahnya? makanya disampaikan ke Nabi Sulaiman bahwa dia menyebah matahari, maksudnya kita punya pekerjaan baru, yakni mendakwahi ratu Bilqis,” pungkasnya.*