Sambungan dari kisah pertama
“ALLAHU Akbar!”
Massa memekikkan takbir, membalas tembakan-tembakan para polisi.
Semua peserta aksi yang diperkirakan berjumlah 15 ribu orang lebih itu terpapar gas air mata, kata Ismail. Sedikitnya 4 orang mengalami luka-luka. Satu orang lainnya pingsan.
“Teman-teman 4 orang yang luka itu ada sebagian yang kena gas air mata, kena selongsongnya, sama yang sebagian ada yang kena balok. Ada satu lagi yang kena timpukan bata,” sebutnya kepada hidayatullah.com.
Keempat korban itu langsung dilarikan ke Rumah Sakit Anna Medika di Jl Perjuangan, Harapan Baru. Di antaranya, seorang pria terbaring lemas di dalam ambulans. Ia tampak meringis. Darah mengucur dari pelipis kirinya yang terluka. Sebagian baju koko putihnya memerah. Kepedihan itu jelas tergambar dalam foto-foto yang diterima media ini dari Ismail.
Baca: Demo Gereja Santa Clara, MSUIB: Belasan Ribu Massa Korban Gas Air Mata, 4 Luka-luka
Korlap ini memperkirakan, kericuhan yang menodai aksi menolak pembangunan Gereja Santa Clara itu berlangsung sekitar 20-30 menit, dihitung dari awal terjadinya pelemparan, siang itu.
Setelah korban berjatuhan, pihak MSUIB langsung bernegosiasi dengan pihak aparat keamanan. Ismail ditemani sejumlah utusan massa menemui Kapolres Bekasi Kombes Heru Henrianto Bachtiar dan Kasat Intelkam Kota Bekasi Kompol Subianto Sulaema di lokasi aksi.
Massa yang tadinya mundur kembali maju mendekati pagar Gereja Santa Clara, tuturnya.
Dalam negosiasi itu dibahas win-win solution terkait permasalahan pembangunan gereja. “Tuntutan kita ya Santa Clara dibongkar, IMB-nya dicabut karena bermasalah. Kita turunkan lagi tuntunan, yaitu sekarang jangan sampai Santa Clara membangun lagi,” ujar Ismail.
Tapi kepolisian mengaku bukan wewenang mereka menjawab tuntutan itu. “Kita hanya minta (kompleks pembangunan gereja) di-police line aja, tapi mereka tidak bersedia,” ujar Ismail.
Pihak aparat terkesan menuding penembakan terjadi karena massa tidak kooperatif dengan kepolisian. Kapolres Heru diwarta media mengatakan, sebaiknya massa bisa kooperatif dengan aparat agar kericuhan tak terulang.
Massa kemudian menunaikan shalat ashar berjamaah di lokasi aksi yang juga diikuti para Muslimah itu. Sekitar pukul 17.30 WIB, kata Ismail, massa membubarkan diri.
Sementara itu, ke-4 korban luka mendapat perawatan medis seperti dijahit lukanya. Lalu dipulangkan katanya. Di antaranya warga setempat, panggilannya Ustadz Adin, seorang tokoh pemuda di Kelurahan Harapan Baru, tempat Gereja Santa Clara berada.
Baca: Polisi Tembaki Massa, Diduga Ada Provokator Mau Adu Domba Aparat–Ulama
Peluru Sejenis
Lalu bagaimana kondisi Ismail? Jumat malam itu saat diwawancarai hidayatullah.com, ia mengaku kepalanya masih sakit setelah terpapar gas air mata. “Masih puyeng. Masih perih, kena gas air mata, dan timpukan-timpukan balok,” ujarnya di rumahnya.
Sakit akibat tembakan itu rupanya mengingatkan Ismail akan penembakan serupa pada Aksi Bela Islam II tahun kemarin.
Peluru gas air mata yang ditembakkan kepolisian di depan Gereja Santa Clara, Jumat (24/03/2017) siang, menurutnya, sejenis dengan peluru yang dipakai aparat saat menembaki massa Aksi 411 itu di depan Istana Negara, Jakarta, Jumat malam (04/11/2016).
Ismail mengaku bisa merasakan kesamaan itu. “Agak tajem (sengatannya. Red), enggak seperti gas air mata yang waktu kita demo-demo mahasiswa gitu,” ungkapnya.
Diketahui, usai Aksi 411, foto-foto yang beredar menampakkan salah satu jenis selongsong peluru gas air mata yang dipakai polisi berwarna abu-abu dan bertuliskan “MU24-AR TEAR GAS CS LOT:4/12”. Selongsong peluru dengan warna dan jenis sama ditemukan pihak MSUIB di depan Gereja Santa Clara, Jumat itu.
Penembakan pada Aksi Bela Islam II diketahui menelan korban luka-luka mencapai 200 orang, bahkan seorang peserta tewas. Namun, penembakan tidak bisa membungkam umat Islam dalam menyuarakan aspirasinya, tegas Ketua Dewan Pembina GNPF MUI Habib Rizieq Shihab.
Buktinya, Aksi Bela Islam III atau Aksi 212 bisa terlaksana dengan jumlah massa jauh lebih banyak. “Kalau Alumni 212 tidak gentar dengan ancaman mah,” ujar Habib Rizieq di Markaz Syariah FPI, Mega Mendung, Bogor, Jumat (02/03/2017) lalu.
Ismail membuktikannya. Meski sudah diberondong tembakan dan timpukan, ia menyatakan MSUIB akan kembali menggelar “Aksi Tolak Gereja Liar Santa Clara”, jika tuntutan mereka tak kunjung dipenuhi. “Kami akan turun dengan massa yang lebih banyak lagi,” ujarnya dengan mantap dalam wawancara via sambungan telepon.*