Hidayatullah.com–Mantan Presiden Indonesia BJ Habibie mengatakan, jumlah ilmuwan di Indonesia masih jauh dari memadai untuk bisa mengembangkan kapasitas sumber daya manusia yang bisa menjadi ujung tombak pembangunan.
Hal itu disampaikan BJ Habibie dalam pertemuan dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), di kediamannya kawasan Patra Kuningan Jakarta, hari Ahad (24/05/2015) lalu.
Menurut Habibie, peningkatan keterampilan sumber daya manusia yang menghasilkan keunggulan bangsa, adalah salah satu fungsi AIPI yang memiliki dasar hukum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1990. Akademi ini wadah ilmuwan guna memberikan pendapat dan pertimbangan terkait iptek kepada pemerintah.
Habibie mengatakan, AIPI saat ini baru beranggotakan 70 ilmuwan. Sebagai perbandingan, Amerika Serikat dengan 150 juta penduduk, punya 2000-an anggota di Akademi Ilmu Pengetahuannya.
“Saya minta 13 Oktober mendatang jumlah anggota AIPI bisa 1.000 orang, tetapi tetap memperhatikan kualitas,” ujarnya dikutip DW.DE. Tanggal 13 Oktober adalah puncak perayaan ulang tahun ke-25 AIPI.
Dalam acara jamuan makan malam itu, BJ Habibie bersama dua profesor lain, yaitu Prof Fuad Hasan (alm), Prof Samaun Samadikun (alm), dikukuhkan sebagai pendiri AIPI.
Berdasar bioritme, manusia dibagi dua tipe jam tubuh: yang aktif pagi dan yang aktif lebih siang. Yang bertipe aktif pagi, kinerja tertinggi tercapai pagi dan sesaat setelah tengah hari. Pada tipe aktif siang, puncak kinerjanya pada saat sebelum tengah hari dan pada petang hari. Karena kebanyakan manusia berkondisi diantara kedua tipe itu, waktu kerja fleksibel amat mendukung raihan prestasi.
Tertinggal jauh
Selama kurun waktu 1996-2010, Indonesia hanya berada di peringkat ke-64 dunia dalam jumlah artikel ilmiah yang terbit di jurnal internasional. Hal itu disampaikan ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Sangkot Marzuki dalam sebuah acara di Jakarta hari Senin (25/05/2015).
Ia selanjutnya mengatakan, pada usianya yang ke-25 tahun, AIPI menginisiasi sejumlah program yang diharapkan bisa menggiatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya ilmiah. Menurut Sangkot, selama ini perhatian bangsa Indonesia terlalu tercurah pada isu-isu ekonomi dan politik yang dirasa lebih genting.
Padahal, ilmu pengetahuan menjadi dasar bagi kemajuan bangsa, terutama untuk menjamin tersedianya sumber daya manusia berkualitas unggul untuk berkreasi dan menghasilkan produk inovatif.
AIPI juga mendorong pembentukan sebuah akademi bagi para ilmuwan muda. Ilmuwan muda perlu terus dibina agar meneruskan budaya keilmuan.
“Kami juga meminta ilmuwan muda menyusun agenda sains hingga tahun 2045,” kata Sangkot.*