3. Tamatnya Drama Kehidupan
FILOSOF Jerman, Emanuel Kant –pembangun teori eksistensialisme– mengatakan bahwa alam semesta ini adalah panggung sandiwara. Episode pertamanya adalah dunia dan episode berikutnya adalah apa yang akan datang sesudah itu.
Pasti akan terjadi episode kedua. Sementara kita menyaksikan pada episode pertama ada penindas dan ada yang ditindas. Mengapa pada episode ini orang yang tertindas tidak mendapat keadilan? Lalu kapan?
Harus ada episode kedua yang memberi keadilan pada orang yang dizalimi.
Al-Mughirah bin Syu’bah telah mendahului Kant dalam teori eksistensialisme itu. Al-Mughirah berkata, “Ketika aku menyaksikan manusia-manusia mati dan musnah, maka aku memahami bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala pasti akan membangkitkan mereka kembali pada hari yang lain untuk memberikan keadilan pada mereka. Inilah yang menjadi alasan bagiku untuk beragama dan memeluk Islam.”
Al-Mughirah menjadi muslim, tetapi Kant kafir. Segolongan di surga dan golongan lain di neraka.
Wahai orang yang dizalimi, wahai orang yang tertimpa kemalangan, wahai yang menangis, yang tersakiti dan terluka, nantikanlah “Yang menguasai hari pembalasan.” (al-Fatihah: 4).
‘Umar bin Khaththab berkata, “Demi Allah, jika di sana tidak ada hari akhir, niscaya engkau tidak pernah melihat apa yang kau saksikan ini.” Tidak akan ada orang kuat yang menindas kaum lemah, kesewenangan, pelanggaran kehormatan manusia, dan perampasan hak hidup. Tetapi akan datang hari akhir, itulah saat perjumpaan kita, “(yaitu) di hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati bersih.” (asy-Syu’ara’: 88-89).*/DR. ‘Aidh bin ‘Abdullah al-Qarni, MA, tertuang dalam bukunya Nikmatnya Hidangan Al-Qur’an.