Sambungan artikel sebelumnya. Ternyata penghargaan bergengsi Nobel Prize Award yang memberikan penghargaan kepada mereka yang berjasa di bidang kimia, fisika, literatur, kedokteran, bahkan perdamaian dunia ini dimulai dari seorang penemu dinamit.
Nitroglycerine adalah Obat
Bagaimana dengan peledak cair yang menjadi bahan dasar dinamit, nitroglycerine? Telah disebutkan bahwa penemunya adalah ilmuwan asal Italia, Ascanio Sobrero. Nitroglycerine ditemukan oleh Sobrero, yang saat itu menjabat sebagai professor di University of Turin secara tidak sengaja, pertama kali pada 1846. Sobrero awalnya menyebutnya sebagai ‘pyroglycerine’, dan bahkan penemu ini takut pada benda ciptaannya.
Begitu takutnya, dia merahasiakan penemuannya ini sampai setahun kemudian. Dalam surat-surat pribadinya, Sobrero menentang keras dan menyarankan agar masyarakat jangan dekat-dekat dengan benda ini. Menurutnya, nitroglycerine amatlah berbahaya dan tidak mungkin dikontrol. Dalam sebuah suratnya, Sobrero bahkan menyatakan dirinya malu telah menemukan benda ini.
Meski begitu, melihat kesuksesan temannya, Alfred Nobel, dengan dinamit yang berbahan dasar nitroglycerine, mau tak mau Sobrero merasa dirinya perlu mendapat bagian dari sukses komersialnya. Nobel terang-terangan menyebut Sobrero sebagai penemu nitroglycerine, namun Sobrero merasa apa yang diterimanya masih tidak cukup.
Penggunaan nitroglycerine sesungguhnya tidak hanya sebagai bahan peledak. Senyawa ini banyak digunakan di bidang kedokteran sebagai bagian dari pengobatan penyakit jantung, terutama angina pectoris. Nitroglycerine berfungsi untuk membesarkan pembuluh darah, sehingga membantu mengurangi tekanan darah selama operasi, serta membantu kerja jantung di saat serangan jantung. William Murrell, ilmuwan asal Inggris, yang pertama kali menyadari kegunaan klinis dari senyawa ini. Tentu nitroglycerin untuk obat adalah jenis yang berbeda dari bahan dasar peledak.
Bubuk Mesiu awalnya Ramuan Panjang Umur
Bubuk hitam ini adalah bahan peledak tertua di dunia, yang penggunannya tidak hanya ada di bahan peledak, namun juga benda berbahaya lainnya, yaitu peluru untuk senjata. Namun penemuan bubuk ini jauh dari menyeramkan. Catatan mengenai bubuk mesiu pertama kali ada pada 850 M. Seorang ahli kimia China mencoba meracik ramuan yang dapat membuat seseorang panjang umur, namun malah menemukan bubuk mesiu. Catatan tersebut menyebutkan bahwa “Seseorang memanaskan potasium nitrat, sulfur, dan karbon dari arang dengan madu. Hasilnya adalah asap dan api, akhirnya tangan dan wajah mereka terbakar. Bahkan seluruh rumah ikut terbakar.”
Butuh waktu sekitar 70 tahun sampai akhirnya bubuk mesiu digunakan oleh militer. Tentara Dinasti Song menggunakan bubuk tersebut untuk melontarkan roket mereka: sebuah tabung bambu berisi kerikil yang diberi bubuk mesiu di dasarnya. Cara kerja ini adalah dasar dari seluruh meriam dan senjata modern. Namun sesungguhnya, mereka tidak tahu komposisi yang pas untuk membuat bubuk mesiu. Meski begitu, mereka mencoba merahasiakan bubuk ajaib mereka ini. Rahasia mereka bocor pada abad ke-12, saat Tentara Usmani dan Roma menyadari kegunaan bubuk mesiu.
Pada abad ke-13, seorang ilmuwan asal Suriah, Hassan Al-Rammah yang pertama kali menjabarkan tentang pemurnian potassium nitrat dan berbagai komposisi bubuk mesiu. Al-Rammah juga menjelaskan mengenai mekanisme torpedo, yang disebutnya sebagai “Panah China.” Bukunya menjadi dasar militer China untuk menciptakan komposisi mesiu yang pas agar dapat menciptakan ledakan. Ilmuwan serta Pendeta Katolik asal Jerman Albert Magnus, serta ilmuwan Inggris Roger Bacon, juga mendapatkan informasi mengenai bubuk mesiu dari buku karya Al-Rammah tersebut.*/Tika Af’idah, dari berbagai sumber