Hidayatullah.com– Seribu seratus lebih bangunan sekolah di Sulawesi Tengah (Sulteng) mengalami kerusakan dampak gempa bumi dan tsunami pada Jumat, 28 September 2018 lalu.
Berdasarkan data per tanggal 16 Oktober 2018 pukul 20.00 WITA yang dirilis Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dari Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi Sulteng, total sekolah, mulai dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, SMK, SLB, MI dan MTs, terdampak berjumlah 1.185 unit.
“Kerusakan terbesar teridentifikasi di Kabupaten Donggala (499 unit), Kota Palu (359), Kabupaten Sigi (234) dan Kabupaten Parigi Moutong (93),” sebut Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam siaran persnya kepada hidayatullah.com, Jumat (19/10/2018).
Baca: IAGI Dorong Edukasi Bencana Masuk Kurikulum Pendidikan SD
Dari total jumlah tersebut, tambahnya, kerusakan ruang kelas dengan kategori rusak berat dan rusak sedang mencapai 4.722 unit.
Akibatnya, saat ini proses kegiatan belajar mengajar harus berjalan dalam kondisi darurat. “Sampai dengan hari ini (19/10/2018), ribuan tenda untuk kelas darurat masih dibutuhkan di wilayah terdampak,” ujar Sutopo.
Pemerintah menyebut, sebanyak 13 paket kemasan tenda sekolah bantuan UNICEF dikirimkan melalui dua sorti oleh pesawat Angkatan Udara Amerika Serikat.
Fokus Trauma Healing
Sementara itu sebelumnya, hampir tiga minggu berlalu sejak gempa dan tsunami melanda Sulteng, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus berupaya membantu pemulihan akses dan layanan pendidikan di daerah-daerah yang terdampak bencana.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan, kegiatan belajar mengajar sudah dimulai di beberapa lokasi terdampak bencana di Sulteng dengan menggunakan tenda kelas darurat.
Namun, ia menegaskan, kegiatan belajar mengajar tersebut difokuskan untuk kegiatan psikososial atau trauma healing bagi siswa yang terdampak bencana.
“Untuk tahap ini belum memungkinkan proses belajar mengajar secara normal dimulai. Kegiatan itu baru bisa dimulai di ruang kelas atau gedung semi permanen. Sekarang ini yang penting menghilangkan trauma, dan supaya mereka akrab dengan lingkungan sekolah dan teman-temannya. Karena itu pembangunan tenda dilakukan dekat dengan sekolah,” ujar Mendikbud saat menerima bantuan pendidikan dari UNICEF untuk Sulteng, di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (16/10/2018) kutip laman resmi Kemendikbud.*