Hidayatullah.com—Pengacara yang mewakili 20 orang Salafy Tunisia, yang dijatuhi hukuman percobaan terkait unjuk rasa ke Kedutaan Amerika Serikat, hari Selasa (28/1/2014) menuntut ”kebenaran” atas kematian 4 demonstran Salafy lainnya.
Monaem Turki, pengacara itu, menyebut pengadilan banding atas kliennya merupakan pengadilan “politis”, sebab dilakukan menyusul pernyataan Washington yang mengatakan hukuman percobaan atas 20 orang Salafy itu sangat ringan.
Tak lama setelah sidang dibuka hari Selasa kemarin, hakim menyatakan sidang akan dilanjutkan pada 25 Maret mendatang.
Reporter AFP melaporkan hanya tiga orang terdakwa yang hadir dalam sidang. Menurut Turki sebagian besar kliennya tidak dipanggil ke persidangan.
“Masalah ini menjadi politis, sebab Amerika Serikat menekan pemerintah [Tunisia]” sejak keputusan pengadilan pertama, kata Turki di persidangan kemarin.
“Kami menuntut kebenaran tentang siapa pembunuh keempat pengunjuk rasa pada 14 September [2012]. Kami tidak tahu apakah [pembunuhnya] itu polisi Tunisia atau pihak keamanan kedutaan,” imbuhnya.
Menyusul penayangan film penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang dibuat seorang pria Koptik Mesir warga Amerika Serikat berjudul “Innocence of Muslims” aksi unjuk rasa di depan kedutaan Amerika Serikat terjadi di berbagai negara, termasuk di kota Tunis. Empat orang dari kalangan demonstran tewas dalam unjuk rasa yang diwarnai kekerasan di depan Kedubes AS di ibukota Tunisia itu.
Terkait unjuk rasa itu, 20 orang Salafy dijatuhi hukuman percobaan dua tahun penjara. Mereka dituding membakar sebuah sekolah milik Amerika saat berdemonstrasi.
Sekitar 80 orang lainnya masih menunggu proses persidangan dalam kasus yang sama.*