Hidayatullah.com—Bentrokan meletus pada Jum’at 03/07/2020 antara Palestina dan tentara Israel selama protes mengecam permukiman Israel dan rencana aneksasi di Tepi Barat.
Murad Shteiwi, koordinator Komite Perlawanan Rakyat di kota Kafr Qaddum, sebelah timur kota Qalqilya Tepi Barat, mengatakan: “Bentrokan meletus di kota itu, setelah pasukan pendudukan [Israel] membubarkan paksa pawai mengutuk kegiatan permukiman Israel”, dikutip oleh Anadolu Agency.
“Pasukan Israel menembakkan peluru logam dan karet, dan tabung gas air mata untuk membubarkan para demonstran,” kata Shteiwi.
Dia menambahkan bahwa setidaknya 15 pemrotes terluka oleh peluru karet, sementara puluhan lainnya yang terkena dampak gas air mata dirawat di tempat kejadian.
Sementara The Red Crescent melaporkan setidaknya 23 orang yang terluka selama konfrontasi menentang pasukan pendudukan Israel di kota Abu Dis, termasuk satu dengan amunisi hidup dan 6 oleh peluru logam berlapis karet.
Mahmoud Al-Aloul, wakil kepala gerakan Fatah, juga bergabung dalam protes.
Di bawah apa yang disebut rencana perdamaian AS, Israel akan mencaplok 30% -40% dari Tepi Barat, termasuk semua Yerusalem Timur dan Lembah Jordan.
Sekitar 650.000 orang Yahudi Israel saat ini tinggal di lebih dari 100 permukiman ilegal yang dibangun sejak 1967, ketika Israel menduduki Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Hukum internasional memandang Tepi Barat dan Yerusalem Timur sebagai “wilayah pendudukan” dan menganggap semua aktivitas pembangunan permukiman Yahudi di sana sebagai ilegal.
Rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat saat ini ditunda oleh Israel menunggu deklarasi dari pemerintah AS.*