Hidayatullah.com – Pemerintah melalui Menteri Agama, Nasaruddin Umar bersama Ketua Umum MUI, Ketua Dewan Pertimbangan MUI, dan Ketua Umum 10 Ormas Islam Pendiri MUI, secara resmi meluncurkan Gerakan Nasional Makan Bergizi Gratis untuk Santri.
Peresmian itu dilaksanakan dalam suasana Halal Bihalal dan Silaturahmi Nasional Ormas-Ormas Islam yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Gedung Serbaguna 1, Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.
Nasaruddin dalam sambutannya menegaskan pentingnya memperhatikan kesejahteraan santri, termasuk aspek gizi sebagai bagian dari pembangunan sumber daya manusia yang unggul.
“Hari ini kita mulai Gerakan Nasional Makan Bergizi Gratis untuk Santri sebagai bagian dari komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan yang sehat dan kuat secara fisik dan spiritual,” kata Prof Nasaruddin, Kamis (24/04/2025).
Menag juga menyampaikan refleksi mendalam tentang trilogi kerukunan yang telah lama menjadi dasar harmoni di Indonesia. Ia mengatakan bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan konsep tersebut ke dalam Trilogi Kerukunan Jilid II.
“Kalau boleh saya bersyukur pada kesempatan ini, dengan pendukungan Majelis Ulama, anggaplah Trilogi Kerukunan yang pertama sudah selesai. Insyaallah. Tidak ada negara di kolong langit ini yang plural Indonesia, tetapi mampu melahirkan konsep kerukunan yang sejati,”jelasnya
Trilogi Kerukunan Jilid II, menurut Prof Nasaruddin Umar, mencakup tiga hal penting: kerukunan antar sesama umat manusia, kerukunan antara manusia dan alam semesta, serta kerukunan manusia bersama alam untuk tunduk kepada Allah SWT. Ia mengajak umat Islam untuk mulai mengarusutamakan kesadaran ekologis dalam kehidupan beragama.
“Kalau selama ini kita mengenal Dhoruriyatul Khamsah dalam Maqashid Syariah, mungkin saatnya kita tambahkan satu lagi: Al-Muhafadzah ‘ala al-Bi’ah, yakni menjaga lingkungan. Karena setiap tahun, satu juta orang wafat akibat pemanasan global dan kerusakan lingkungan. Itu angka yang jauh lebih besar daripada korban perang,” tegasnya.
Menag menyoroti pentingnya memperlakukan alam sebagai mitra, bukan objek. Ia merujuk pada ajaran Islam yang menyebutkan bahwa semua makhluk bertasbih kepada Allah SWT.
“Dalam Al-Qur’an disebutkan, tidak ada sesuatu pun melainkan semuanya bertasbih kepada Allah, hanya saja kalian tidak dapat memahami tasbih mereka. Jangan-jangan, bunyi dedaunan itu adalah tasbihnya mereka,” ujarnya menekankan.
Lebih lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal ini berharap agar Halal Bihalal kali ini bukan hanya menjalin silaturahmi antar manusia, tetapi juga menjadi momentum untuk memperbaiki hubungan dengan alam semesta.
“Halalbihalal kita juga harus dengan alam semesta. Karena kerusakan alam adalah juga bentuk dosa. Mari kita wariskan lingkungan yang sehat bagi generasi yang akan datang,” tutupnya./*Fuad Azzam/Hidayatullah.com