Hidayatullah.com–Indonesia bukanlah negara gagal, dan tidak akan mengarah kepada negara gagal seperti Zimbabwe. Tetapi harus diakui masalahnya adalah soal pengelolaan yang dikuasai dengan tidak benar.
”Pengeluaran kita lebih besar daripada pemasukan, hutang kita lebih besar dari aset kita. Jadi masalah Indonesia adalah soal pengelolaan negara yang tidak benar,” kata mantan Wapres Jusuf Kalla saat berbicara pada silaturrahmi tokoh nasional bertema “Mencegah Kebangkrutan Negara” di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis siang, (17/06/2011).
Kalla menambahkan sekarang rakyat sudah kehilangan harapan. “Kita masih makan enak, kemana-mana naik mobil, di sisi lain, rakyat kita masih banyak yang tidak merasakan seperti yang kita rasakan sekarang ini,” ujarnya.
Indonesia sebenarnya masih bisa seperti Brasil atau China. Tapi diperlukan perbaikan cara pengelolaan negara. “Posisi Indonesia bukanlah negara gagal bahkan jauh dari itu, tapi kita tertinggal dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia,” jelasnya.
“Kita tidak bisa menyalahkan semua kepada presiden tapi semua unsur eksekutif, legislatif dan yudikatif. Semua harus menata negara dengan tepat.”
Negara gagal
Sejumlah tokoh nasional berembuk membahas persoalan bangsa. Tema yang diusung bagaimana mencegah kebangkrutan negara. Acara digelar di Kantor PP Muhammadiyah, Jl Menteng, Cikini, Jakpus, Kamis (16/6/2011) pukul 14.00 WIB.
Selain itu hadir juga Ketum Hanura Wiranto, pendiri Nasdem Surya Paloh, Marwah Daud Ibrahim, Kwik Kian Gie, budayawan Taufik Ismail, Sofyan Effendi, Rizal Ramli, Surya Paloh, dan mantan Rektor UGM Sofyan Efendi.
Dalam acara itu kursi di pasang melingkar dengan meja di tengah. Setiap tokoh diberi kesempatan berbicara. Masing-masing menyampaikan uneg-unegnya.
Din Syamsuddin mengatakan, silaturahmi para tokoh nasional ini untuk mencari solusi terbaik guna mencegah kebangkrutan negara yang kini mengancam Indonesia. Kebangkrutan negara, katanya, terlihat dari kasus korupsi yang terus merajalela, masalah ekonomi, penyakit sosial, dan lain-lain.
“Yang paling bahaya adalah korupsi dikuasai oleh negara,” ujar Ketum PP Muhammadiyah Dr Din Syamsuddin. *
Foto: ant