Hidayatullah.com–Seorang perwira Israel dari kesatuan elit militer Israel dan isterinya tewas dalam operasi perlawanan, dengan pelajaran berharga menghindarkan serangan terhadap anak-anak, Kamis (01/10/2015) di perlintasan Bet Furik, Nablus Timur, Tepi Barat Utara.
Media Israel, Yediot Aharonot mengatakan, seorang pemukim Zionis dan isterinya (30) tewas setelah mobil yang dikendarainya menjadi sasaran tembakan di kawasan antara Itamar dan Alon, Tepi Barat.
Beberapa saat kemudian diketahui bahwa pemukim yang tewas tersebut adalah perwira Israel di komando cadangan strategis Itam Hankin.
TV Channel 10 Israel dikutip America.Al Jazeera melaporkan bahwa tembakan berasal dari sebuah mobil yang lewat.
Seorang paramedis yang tiba di tempat kejadian, Boaz Malka, mengatakan, “Kami melihat mobil di tengah jalan, dan di samping itu, seorang pria berusia 30-an berbaring di tanah dengan luka tembak di tubuh,” demikian dikutip The Jerusalem Post. “Di dalam mobil seorang wanita duduk, dengan luka parah. Mereka tidak memiliki tanda-tanda vital dan untuk kesedihan kami harus menyatakan mereka mati di tempat kejadian.”
Informasi ini juga diakui Jubir militer Israel, Avkhoi Ardai. Ia menegaskan, dua warga Israel tewas dalam operasi penembakan.
Sampai saat ini belum ada pihak yang mengaku bertanggungjawab atas operasi serangan tersebut. Sejumlah faksi perlawanan menyampaikan apresiasinya. Brigade Izuddin Al-Qassam menegskan serangan tersebut tidak akan menjadi yang terakhir.
Sejumlah media penjajah Israel menyatakan, serangan ini sangat berani dan kuat di bandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Investigasi awal menyebutkan, penyerangan dilakukan dua orang Palestina dari jarak dekat, sementara anak-anak korban tak mengalami luka apapun, diduga pelaku penyerangan tak menjadikan anak-anak sebagai target.
Pasukan Israel dalam jumlah besar tiba di tempat kejadian dan memburu pelaku penyerangan yang berhasil menyelamatkan diri.
Serangan ini merupakan respon atas kejahatan hampir setiap hari yang dilakukan para pemukim Yahudi terhadap warga Palestina dan harta benda mereka di Tepi Barat, bersamaan dengan eskalasi serbuan Yahudi terhadap Masjidil Aqsha, dengan pengawalan pasukan penjajah Israel.*