Hidayatullah.com–Al-Ghozi, dilaporkan melarikan diri dengan seorang temannya dari gedung tahanan yang dijaga ketat di kompleks militer di Camp Crame, markas besar kepolisian nasional Filipina.
Kompleks penjara itu adalah suatu bangunan yang dijaga amat ketat, demikiuan menurut Kepala Kepolisian Hermogenes Ebdane.
Ebdane mengidentifikasi pelarian lainnya adalah Abdul Mukim Edris dan Merang Abante, keduanya adalah tersangka Muslim ekstrimis yang dituduh melakukan penculikan warga Amerika pada waktu lalu.
“Jika anda punya senjata dan anda melihat mereka, anda dapat menembak mereka,” kata Ebdane ketika menunjukkan sejumlah gambar para tersangka kepada para wartawan agak marah.
Pelarian itu merupakan suatu pukulan telak bagi usaha Filipina untuk memerangi terorisme. Pelarian itu terutama amat mengganggu Filipina karena terjadi pada saat kunjungan PM Australia John Howard. Howard dalam kunjungannya itu juga menawarkan bantuan anti-terorisme.
Ebdane mengatakan tiga polisi yang menjaga ketiga pelarian itu kini sedang diselidiki dan Presiden Gloria Macapagal Arroyo memerintahkan pemecatan mereka segera.
Arroyo juga mengisyaratkan bahwa para petugas tersebut dapat menghadapi tuduhan melalaikan tugas.
Menurut keputusan pengadilan, Al-Ghozi dihukum 17 tahun penjara atas kepemilikan bahan-bahan peledak.
Kantor berita Reuters menyatakan, kaburnya Al-Gozi bersama dua rekannya itu merupakan buah dari kerja sama diam-diam atau konspirasi dengan para sipirnya. Karena itu, Presiden Arroyo kemarin langsung memecat tiga sipir yang bertanggung jawab atas pengamanan sel Al-Gozi.
Beberapa pejabat PNP mengatakan, tidak ada tanda-tanda kerusakan atau pembobolan pada sel Al-Gozi dkk. Tapi, belum ada statemen bagaimana bentuk kerja sama Goci dkk dengan para sipir itu; menyogok alias menyuap atau menggunakan kekuatan supranatural yang kemungkinan dimiliki Al-Gozi dkk.
“Ini benar-benar insiden yang sangat sial. Presiden berniat menyelidiki kasus itu sampai tuntas. Siapa pun yang bertanggung jawab bakal dikenai sanksi tegas,” tuutr Jubir Kepresidenan Ignacio Bunye. (ap/rtr/wpd)