Kampong Jenderami mempertahankan nilai-nilai agama, kebudayaan Islam berkarakter Melayu, khusnya melestarikan bangsa Melayu Nusantara
Oleh: Kholili Hasib
Hidayatullah.com | Baru-baru ini saya mengunjungi Kampong Jenderami. Kehadiran kami beserta rombongan disambut Syekh Hafidz, selaku pimpinan Yayasan Al Jenderami.
“Setiap tahun para ulama, kiai, habaib daripada berbagai negeri Melayu. Daripada Patani Thailand Selatan, Indonesia, Singapura, Brunei, dan lain lain datang ke Yayasan Jendrami ini,” ujar Syekh Hafidz Selamat, menyambut kehadiran kami dari Indonesia pada 26 Januari 2023.
Rombongan Indonesia yang datang dari Indonesia berasal dari Lembaga Kajian Khazanah Nusantara (LKKN) Jakarta dan dari UII (Universitas Islam Internasional) Dalwa Bangil.
Yayasan al Jenderami sangat berkembang dengan pesat. Bahkan telah meciptakan suatu model perkampungan Islami yang sejahtera, Kampong Jenderami.
Tetapi, ada satu hal yang cukup menarik. Bukan sekedar dari seni arsitektur yang modern dengan tetap mempertahankan karakter Islami-nya, tetapi juga mengumpulkan secara rutin bangsa Muslim dari serantau Nusantara dalam berbagai even acara, khususnya saat kelahiran Nabi Muhammad ﷺ.
Secara geografis, Kampong Jenderami terletak di tempat strategis di Malaysia. Ia dihimpit bangunan-bangunan modern Putrajaya, Cyberjaya, KLIA dan Koridor Raya Multimedia (MCC).
Namun Jenderami mempertahankan nilai-nilai agama, kebudayaan Islam tradisional dan karakter Melayu. Itulah simbol pertahanan sebuah peradaban.
Meski peradaban modern telah menggeser konsep nilai, budaya dan agama, digeser dengan nilai-nilai materialistis dan sekularistik. Tapi harus ada komunitas yang mempertahankan nilai tradisi.
Oleh sebab masyarakat Muslim modern perlu memiliki kerangka berfikir kuat sesuai dengan tradisi Islam. Lebih dari itu, komunitas yang masyarakatnya mengamalkan adab-adab Islam.
Sebuah peradaban Islam perlu memiliki sandaran ilmu yang tersambung kepada para ulama salaf. Tradisi ilmu di Jenderami mungkin tidak sekuat komunitas muslim masa silam.
Akan tetapi paling tidak Jenderami menginpirasi dalam memegang isnad Ahlussunnah wal Jamaah dan membentuk kebersamaan dalam satu komunitas kecil yang senafas, seakidah. Hal itu nampak dalam pohon isnad Jenderami yang di pasang di kantornya, jalur sanadnya cukup detil.
Secara tradisi ilmu Jenderami nampaknya cenderung kepada tradisi ulama Makkah pada masa lampau. Empat madzhab berkembang dengan baik di Hijaz, tariqah sufi juga banyak dijumpai di masa silam di Makkah.
Secara historis karena Makkah pada masa silam sebelum abad 18 M, merupakan pusat belajar Islam. Pelajar belajar Islam rasanya belum sempurna bila belum mencicipi ilmu di Makkah.
Hal itu terbukti memang banyak ulama-ulama Nusantara yang alumni Makkah. Dari ulama Sumatera, Patani, semenanjung Melayu, Jawa, Kalimantan, Sulu dan lain-lain.
Kini dunia Islam ditantan dengan peradaban modern. Jenderami salah satu lembaga yang bisa menginspirasi Mulim Nusantara. Pertama yang perlu dilakukan Muslim Nusantara adalah persatuan.
Jenderami bisa mengawali meskipun masih dari segi yang belum besar. Dahulu melayu Nusantara tidak dipisahkan teritorial negara. Adanya pembagian negara itu pasca kolonialisme bangsa Eropa.
Mereka ini yang membagi bagi bangsa Melayu menjadi berbagai negara. Nusantara disatukan oleh satu bahasa yaitu Melayu, satu agama yaitu Islam, satu akidah yaitu Ahlussunnah wal Jamaah dan bahkan satu madzhab yaitu syafiiyah asyariyah.
Kedua, Muslim Nusantara perlu mengikat lebih kuat lagi dengan pertemuan-pertemuan ilmiyah dalam satu forum. Selain menyelenggarakan even even tradisi melayu dari berbagai negara, perlu menghadirkan ulama dan cendekiawannya untuk membicarakan isu-isu penting dan mendasar dari persoalan yang dihadapi kaum Muslimin di zaman modern ini.
Duduk bersama dari berbagai latarbelakang keilmuan merupakan kekuatan tersendiri. Memang proses Islamisasi yang telah dilakukan oleh para pendahulu, khususnya yang berasal dari hadrami, harus dilanjutkan oleh generasi bangsa Melayu Nusantara saat ini.

Kita perlu memahami persoalan modernitas yang mrnggempur dan mengepung fikiran umat Islam kemudian memberi solusi berdasarkan tradisi ilmu para ulama silam. Minimal ada spirit membina peradaban dari aspek ya ng dasar. Semoga.*/ Kuala Kangsar Malaysia, 27 Januari 2023
Penulis adalah pengajar di Universitas Islam Internasional Darullughah Wadda’wah (DALWA)