“Sumpah Pemuda” sejatinya mengingatkan kita kembali akan ikrar kita sebagai seorang Muslim kepada Allah ta’ala
Hidayatullah.com | TANGGAL 28 Oktober pada setiap tahunnya adalah momen Sumpah Pemuda, tanggal yang menjadi saksi akan semangat cita-cita berdirinya Indonesia. Sejarah pengucapan ikrar pada hari tersebut menjadi harapan akan kesadaran kebangsaan.
Istilah “Sumpah Pemuda” adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 oktober 1928 di Jakarta. Keputusan ini diimpikan menjadi asas atau pondasi bagi setiap perkumpulan kebangsaan Indonesia.
Peristiwa ini tentu menjadi histori yang menunjukan bahwa ikrar sumpah tersebut berangkat dari kesadaran hati akan loyalitas, cinta, serta pengorbanan untuk negara Indonesia ini.
Lalu pelajaran apa yang kita bisa ambil? Hikmah apa yang kita bisa petik? Terlebih bagi seorang muslim, ia dituntut untuk dapat menimba Ibrah dari peristiwa apapun.
Ibnu Abi Al-Hadid dalam kitabnya “Syarah Nahjul Balaghah” menuturkan:
المؤمن إذا نظر اعتبر،وإذا سكت تفكر،وإذا تكلم ذكر
“Seorang mukmin itu apabila melihat sesuatu dapat mengambil pelajaran, apabila diam dia sedang tafakur, apabila berbicara ia berdzikir.” (Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abi Al-Hadid, 20/280)
“Sumpah” adalah kata yang menarik untuk dikupas. Karena dengan memahami hakikat sumpah ini, maka seseorang akan paham tentang konsekuensi sumpah tersebut, sehingga menghantarkan kepada kesadaran penuh akan konsekuensi dari sumpah tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sumpah adalah janji, ikrar, atau pernyataan teguh disertai tekad melakukan sesuatu untuk menguatkan kebenarannya.
Sedangkan dalam Bahasa Arab sumpah atau janji diistilahkan dengan mitsaq . Mitsaq secara bahasa yakni kata yang berasal dari وثق yang bermakna akad (‘aqdun) dan penguatan (ihkam). Sehingga yang dimaksud dengan mitsaq (ميثاق) adalah ikrar, komitmen, atau janji yang kokoh lagi solid. (Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Ibnu Faris, 6/85)
Sedangkan mitsaq secara istilah adalah ikrar atau akad yang meyakinkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu Bakar Al-Jashash:
وَالْمِيثَاقُ هُوَ الْعَقْدُ الْمُؤَكَّدُ إمَّا بِوَعِيدٍ أَوْ بِيَمِينٍ
“Mitsaq adalah akad yang meyakinkan, baik dengan peringatan maupun sumpah.” (Ahkam Al-Qur’an, Al-Jashash, 1/47)
Definisi ini juga dikuatkan oleh Abu Ja’far Ath-Thabari dalam karyanya “Jami’ Al-Bayan” beliau menjelaskan;
الميثاق من الوثيقة، إما بيمين، وإما بعهد أو غير ذلك من الوثائق
“Mitsaq adalah sesuatu yang kuat, kokoh, atau kukuh, baik itu dengan janji atau hal lain semacamnya dari wasaiq.” (Jami’ Al-Bayan, Abu Ja’far Ath-Thabari, 2/156).
Ringkasnya, sumpah atau mitsaq dalam pengertian bahasa Indonesia dan bahasa Arab terdapat kesamaan makna. Yaitu ikrar atau pernyataan yang mengukuhkan sesuatu. Maka ketika seseorang bersumpah, sejatinya ia sadar bahwa sesuatu yang diucapkan adalah ikrar yang meyakinkan serta harus ditunaikan.
Berbicara tentang “Sumpah Pemuda” sejatinya adalah mengingatkan kita kembali akan sumpah ikrar kita sebagai seorang Muslim kepada Allah ta’ala. Kapan kita bersumpah kepada Allah? Yakni saat kita pertama kali mengikrarkan syahadah dengan penuh kesadaran. Bersumpah bahwa tidak ada ilah yang pantas di sembah kecuali Allah dan Nabi Muhammad ﷺ adalah utusan Allah.
Hal ini dapat diartikan bahwa seorang muslim telah bersumpah berjanji, berikrar, atau membuat pernyataan yang teguh disertai tekad melakukan peribadatan yang menguatkan kebenaran pernyataannya.
Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Shalih bin Fauzan dalam kitabnya “Kitab At-Tauhid” bahwa makna dari kalimat syahadatain adalah meyakini (I’tiqad), berikrar tidak ada yang berhak diibadahi selain Allah dan mengakui secara batin dan dzahir bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya yang diutus kepada seluruh manusia dan sekaligus mengamalkan konsekuesi syahadah ini. (Kitab At-Tauhid, Shalih bin Fauza,1/56)
Sedangkan Sumpah Pemuda yang kita peringati adalah sumpah para pemuda untuk memperjuangkan bangsa dan negara. Dan ini diharapkan oleh para pendahulu kita akan terjadi secara turun temurun. Oleh karena itu Sumpah Pemuda merupakan janji kita, ikrar kita kepada bangsa dan negara untuk menjaganya sesuai dengan isi Sumpah Pemuda.
Apa korelasi antara sumpah seorang muslim kepada Tuhannya dengan sumpah seorang pemuda dengan bangsa dan negaranya? Korelasinya adalah sama sama berjanji, sama sama memiliki konsekwensi terhadap sesuatu.
Perlu diketahui bahwa setiap sumpah janji itu mempunyai konsekuensi yang harus direalisasikan. Apa artinya sumpah jika tidak ada konsekuensi yang ditunaikan. Ringkasnya setiap sumpah perlu bukti perbuatan yang nyata. Konsekuensi inilah yang dituntut dari kita semua selaku seorang hamba dari ikrar syahadahnya.
Adapun konsekuensi dari syahadat yang kita ucapkan adalah beribadah hanya kepada-Nya dan meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada selain-Nya. dilanjutkan dengan mentaati perintah Rasul-Nya, membenarkan apa yang dibawanya, mengamalkan sunahnya, dan beribadah kepada-Nya dengan cara yang diajarkan Rasul-Nya. (Kitab At-Tauhid, Shalih bin Fauzan,1/62).
Begitu pula dengan ikrar sumpah pemuda juga mempunyai konsekuensi yang harus kita perjuangkan. yatu ikrar kita kepada bangsa dan negara untuk menjaganya sesuai dengan isi Sumpah Pemuda dan ini juga merupakan indikasi bukti cinta akan tanah air.
Bukti cinta kita kepada tanah air ini adalah dengan berkarya, berbuat yang terbaik untuk masyarakat, dan memberi manfaat kepada sekitar. bahkan dalam bentuk kebaikan sekecil apapun itu. karena setiap orang mempunyai potensi masing-masing yang bisa dikembangkan dan dipersembahkan untuk kebaikan negeri ini.
Kesimpulannya adalah mari kita beramal shalih untuk orang lain, masyarakat, dan negara. tentu itu dilakukan ikhlas mengharapkan ridha-Nya. sebagaimana Allah berfirman:
وَقُلِ ٱعۡمَلُواْ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمۡ وَرَسُولُهُۥ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَۖ
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah; 105)
Abu Ja’far Ath-Thabari menjelaskan bahwa dalam ayat ini perintah untuk berbuat kebaikan yang menjadikan Allah ridha dengan mentaati dan menjalankan perintah-Nya. (Jami’ Al-Bayan, Abu Ja’far Ath-Thabari, 14/426)
Kata kunci dari kaitan keduanya antara konsekuensi ikrar kita kepada Allah dengan konsekuensi ikrar kita kepada negara adalah amal shalih. Amal shalih inilah yang sama-sama kita perjuangkan dan persembahkan kepada Allah. Karena dengan berusaha untuk beramal shalih inilah yang menjadikan kita mendapat Ridha-Nya.
Maka benang merah yang bisa kita tarik dari peringatan hari “Sumpah Pemuda” adalah tadzkir atau mengingatkan. sejatinya bagi seorang muslim peringatan hari ini adalah mengingatkan akan sumpah atau ikrar antara dia dengan sang kuasa, untuk taat dan patuh akan syariat yang diturunkan kepadanya. Sekaligus memikirkan dan mengusahakan karya dan amal shalih apa bisa dipersembahkan untuk negeri ini.
Karena sejatinya, semakin kita taat kepada Allah, semakin kita menunaikan konsekuensi ikrar kita kepada Allah, kelak Allah semakin menjaga, merahmati dan memakmurkan bumi Indonesia ini. Karena tidak ada penjagaan yang paling baik selain penjagaan Allah ﷺ.
Begitu juga semakin banyak kita memberikan kontribusi kebaikan kepada negeri ini dalam bentuk apapun. Maka semakin Makmur dan maju pula negeri ini. karena ini semua termasuk dari amal shalih yang menjadikan Allah ridha.
Bukankah ketika Allah ridha kepada suatu negeri, kecuali kemakmuran, keamanan, dan kesentosaan akan turun kepada negeri tersebut.
Allah berfirman:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 96)
Imam Ar-Razi menerangkan bahwa apabila penduduk suatu tempat benar-benar beriman dan bertakwa, maka Allah pasti akan membuka kan berkah-Nya dari langit dan bumi. Berkah langit berupa hujan adapun berkah dari bumi berupa tanaman-tanaman serta tumbuhan, sekaligus melimpahnya hewan ternak, dan diturunkan nya rasa aman dan keselamatan. (Mafatih Al-Ghaib, Fakhru Ar-Razi, 14/322).
Inilah kemakmuran, keamanan, dan kedamaian ini yang terus diperjuangkan para pendahulu kita. Kitalah seharusnya yang menjadi pewaris yang melanjutkan perjuangan mereka terhadap tanah air ini. sebab mitsaq sumpah yang diambil Rasulullah ﷺ atas para sahabatnya kala itu adalah juga mitsaq sumpah yang meliputi para pengikutnya semua sampai hari ini.
Selayaknya ajang memperingati hari “Sumpah Pemuda” adalah ajang untuk semakin taat dan patuh kepada Allah dan Rasul-Nya serta terus berkarya dan berkreasi dalam kebaikan. Mengingat atas berbagai nikmah Allah yang diberikan kepada kaum muslim khususnya di Indonesia sampai hari ini.
Inilah hikmah yang bisa diambil dari peringatan hari “Sumpah Pemuda” sebagai pengingat hati akan ikrar kita kepada Allah. Hal ini yang mendorong kita untuk memenuhi ikrar tersebut sehingga semakin giat beramal shalih dan berkarya demi kebaikan diri, masyarakat dan negeri secara luas.
Semoga kita termasuk dari orang-orang yang mau menunaikan sumpahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagai bukti usaha dalam memakmurkan bumi tercinta ini sebagaimana yang diperjuangkan para pendahulu kita. Wallahu ‘A’lam Bish Shawab.*/Syamil Robbani, staf Ma’had Aly An-Nur (Waru, Baki, Sukoharjo, [email protected])