Hidayatullah.com– Seorang pecatur wanita Iran, yang terpaksa pindah ke Spanyol setelah bertanding tanpa kerudung dan mendapatkan surat perintah penangkapan atas dirinya, mengaku tidak menyesal melepas hijab sebagai bentuk dukungan terhadap aksi-aksi protes terhadap rezim Syiah Iran.
Namun, bagi Sarasadat Khademalsharieh, yang lebih dikenal sebagai Sara Khadem, surat perintah penangkapan itu, yang membuatnya tidak mungkin kembali ke Iran, adalah “hal paling mengerikan” yang terjadi padanya.
Dia mengatakan itu, setelah bermain di bulan Desember 2022 dalam FIDE World Rapid dan Blitz Chess Championships di ibu kota Kazakhstan, Almaty tanpa kerudung, dia hampir tidak mengharapkan sanksi yang lebih keras daripada larangan bepergian.
“(Sebagai seorang pecatur) kami selalu memprediksi apa akan terjadi selanjutnya, … tetapi hal itu tidak berjalan seperti yang saya kira,” katanya kepada Reuters di sebuah lokasi yang dirahasiakan di selatan Spanyol di mana dia sekarang tinggal bersama anak dan suaminya yang merupakan seorang sineas.
Khadem, yang tiba di Spanyol pada bulan Januari dengan visa tinggal terkait dengan pembelian properti, mengatakan pihak berwenang Iran telah menyuruhnya untuk merekam video ungkapan penyesalan atas tindakannya melepas hijab saat bertanding sebagai syarat untuk bisa pulang kembali ke Iran.
Dia menolak, dan beberapa waktu kemudian surat perintah penangkapan atas dirinya keluar, lapor Reuters Rabu (15/2/2023).
Meskipun demikian dia kukuh berpendapat melepas jilbab adalah “sesuatu yang saya pikir benar untuk dilakukan dan saya tidak menyesali apapun”, katanya, seraya menambahkan bahwa dia hanya mengenakan jilbab di turnamen ketika ada kamera, dan itu sama seperti yang dirasakan oleh banyak atlet wanita Iran.
“Itu (tidak berhijab) sudah menjadi salah satu simbol gerakan di Iran dan saya juga pada akhir memutuskan untuk melakukan sesuatu yang saya inginkan, menjadi diri saya sendiri … Saya termotivasi oleh rakyat Iran.”
Khadem mengatakan kematian Mahsa Amini – wanita Kurdi yang meninggal dunia akibat disiksa aparat setelah dituduh berhijab tidak sesuai peraturan – “membuat hati kami semua remuk”, menginspirasi banyak orang untuk memprotes. Sejumlah atlet wanita Iran yang berkompetisi di luar negeri sejak itu tampil tanpa jilbab di depan umum.
“Banyak hal yang membuat rakyat tidak senang dengan keadaan saat ini, jadi meskipun kali ini (aksi-aksi protes) tidak mengubah apa-apa, saya pikir akan tiba saatnya rakyat akan bangkit kembali,” kata Khadem, yang menganggap dirinya bukan seorang aktivis politik tetapi ingin menjadi suara bagi perubahan di Iran.
Berada di peringkat ke-774 dunia dan ke-9 di Iran, Khadem berencana untuk tetap berkompetisi dengan mengusung bendera Iran, tetapi sudah menerima sejumlah proposal dari negara lain.*