Hidayatullah.com—Uni Eropa (UE) berkomitmen untuk menangani isu Islamofobia di antara negara-negara anggotanya dan menegaskan tidak pernah menganggap enteng isu tersebut.
Untuk mensukseskan komitmen tersebut, UE menunjuk perwakilan dari benua tersebut, Marion Lalisse untuk melihat, mempelajari dan mengusulkan upaya yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut.
Komisi Eropa setelah Komisaris Kesetaraan Helena Dalli menyambut baik kehadiran Marion Lalisse di tengah meningkatnya serangan yang mengkhawatirkan terhadap Islam di wilayah tersebut.
“Saya menyambut Lalisse, sebagai Koordinator baru untuk memerangi kebencian Anti-Muslim, yang pekerjaannya akan memastikan tanggapan terhadap kebencian, serta diskriminasi struktural dan individu terhadap Muslim,” kata Helena Dalli, Komisaris Eropa untuk Kesetaraan.
Lalisse akan bergabung dengan negara-negara anggota bersama dengan masyarakat sipil dan akademisi dalam upaya untuk “memperkuat respons kebijakan” dalam kebencian anti-Muslim.
“Kita harus melawan kebencian anti-Muslim di semua bidang kehidupan termasuk pendidikan, pekerjaan dan kebijakan sosial. Kita juga harus mengumpulkan data tentang, memantau, dan mengatasi semua contoh kebencian dan diskriminasi anti-Muslim,” tambah Dalli dikutip Doha News.
Sebelum ini, Duta Besar Delegasi Uni Eropa untuk Malaysia, Michalis Rokas ke Utusan Malaysia dalam wawancara dengan Utusan Melayu belum lama ini. Bahkan, Rokas juga ingin Malaysia tetap percaya diri dengan segala upaya blok negaranya dalam menghadapi ancaman Islamofobia yang masih mewabah di dunia.
“Komisi Eropa menunjuk Marion Lalisse sebagai koordinator baru untuk memerangi kebencian anti-Islam, “ ujar Michalis Rokas. “Lalisse akan bekerja dengan negara-negara anggota, institusi Eropa, masyarakat sipil dan akademisi untuk memperkuat respons kebijakan untuk mengatasi sentimen kebencian dan anti-Islam yang ada di benua itu.”
Dalam peran barunya, Lalisse akan menjadi kontak utama bagi organisasi lain yang juga terlibat dalam memerangi masalah ini di UE, jelasnya.
Rokas menegaskan, setiap negara anggota serikat tidak mendukung tindakan atau badan apa pun yang dengan sengaja menyebabkan provokasi terhadap umat Islam tidak hanya di benua ini, tetapi di seluruh dunia.
“Negara-negara anggota UE selalu bersatu dan sepakat dalam berbagai hal dan kami mengutuk keras tindakan yang menyentuh kepekaan agama Islam,” katanya.
”Kami tidak akan berkompromi atau mendukung tindakan tersebut. Bahkan, kami juga mengadakan diskusi bersama dan melakukan upaya untuk meredam masalah Islamofobia yang masih merebak di benua ini,” ujarnya.
Hal itu dikatakannya saat dimintai komentar atas aksi ekstremis politikus Denmark-Swedia Rasmus Paludan yang membakar kitab suci Al-Quran di Stockholm pada 21 Januari lalu.
Sebelumnya, diberitakan media, Paludan ikut berunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm, di bawah pengamanan ketat polisi dengan dihadiri sekitar 100 orang termasuk sejumlah besar wartawan.
Setelah kata-kata kasar selama hampir satu jam di mana dia menyerang Islam dan imigrasi di Swedia, Paludan membakar Al-Quran dengan korek api. Lebih mengecewakan lagi, The Washington Post melaporkan, politisi tersebut diduga mendapat izin dari pemerintah Swedia untuk membakar kitab suci umat Islam.
Rokas mengaku UE tidak bias menangani masalah pengungsi dan pendatang dari negara Muslim yang mencari perlindungan di negara-negara Eropa kontinental.
Sebagai informasi, setiap pengungsi atau pencari suaka yang masuk ke Eropa diperlakukan dengan baik dan juga disediakan tempat tinggal yang nyaman. Kami bahkan memiliki data yang menunjukkan bahwa negara-negara UE tidak pernah mendeportasi para pengungsi ini.
“Berdasarkan catatan pengeluaran, UE juga sebenarnya penyumbang bantuan kemanusiaan terbesar di Palestina dan juga peduli terhadap penderitaan umat Islam yang tertindas di negara itu,” ujarnya.*