Hidayatullah.com– Pengadilan Filipina, hari Jumat (12/5/2023), membebaskan bekas menteri kehakiman dari dakwaan narkoba setelah sejumlah saksi kunci mengaku berbohong perihal keterlibatan terdakwa dalam peredaran narkoba.
Leila de Lima, 63, ditahan sejak 2017 dengan tuduhan narkoba, yang menurutnya, dikarang oleh Rodrigo Duterte untuk membungkamnya yang memprotes kebijakan narkoba presiden Filipina kala itu. De Lima memprotes karena kebijakan itu justru lebih banyak mengenai pengguna dan pengedar narkoba kelas kecil dan bukan gembong-gembong yang merupakan biang masalah.
Duterte, yang bersikukuh mengatakan de Lima bersalah, mengakhiri masa jabatan enam tahunnya pada bulan Juni tahun lalu.
Hakim Abraham Alcantara mengatakan dalam keputusannya bahwa pencabutan seorang mantan pejabat polisi senior menyebabkan dirinya mengambil keputusan untuk membebaskan de Lima, lapor Associated Press.
“Tanpa kesaksiannya, kaitan penting yang membangun konspirasi diselimuti oleh keraguan yang masuk akal,” tulisnya, yang oleh karenanya terdakwa layak dibebaskan.
“Doa-doa terjawab, ini adalah hari yang mulia, ini adalah awal dari pembuktian kebenaran saya. Izinkan saya mengatakan ini kepada para penindas saya: Anda tidak akan pernah bisa menyalibkan kebenaran,” kata de Lima saat dia dikawal ketat oleh polisi.
Saksi dari pihak jaksa, Rafael Ragos, yang merupakan bekas kepala Biro Pemasyarakatan, mencabut kesaksiannya yang mengatakan bahwa dia pernah mengantarkan uang dari gembong-gembong narkoba ke de Lima dan dia mengaku dipaksa oleh pejabat-pejabat pemerintahan untuk membuat kesaksian palsu itu.
Wanita bekas menteri itu akan tetapi harus tetap mendekam di dalam tahanan, karena masih menghadapi satu dakwaan lain.
De Lima mengatakan melalui pengacaranya bahwa dia menantikan pembebasan penuh atas semua dakwaan. Dia telah ditahan sejak sebelum ada tuduhan resmi dan tanpa melalui persidangan penahanan.*