Hidayatullah.com– Paus Fransiskus membubarkan gerakan Katolik yang berbasis di Peru, Sodalitium Christianae Vitae (SCV) disebabkan maraknya penyelewengan dan pencabulan yang dilakukan oleh pendiri dan para petinggi organisasi keagamaan tersebut.
Sodalitium hari Senin (20/1/2025) mengkonfirmasi pembubaran tersebut, yang disampaikan kepada majelis anggotanya di Aparecida, Brazil, pada akhir pekan kemarin oleh penasihat hukum utama Paus, Kardinal Gianfranco Ghirlanda.
Dalam pernyataannya, Sodalitium menyayangkan keputusan Paus Fransiskus tersebut lebih dulu dibocorkan ke media oleh dua oknum. Sodalitium membenarkan informasi yang disampaikan situs berita berbahasa Spanyol Infovaticana perihal pembubaran tersebut, tetapi berita yang disampaikan mengandung ketidakakuratan.
Tidak dijelaskan bagian mana dari berita yang disampaikan Infovaticana yang tidak akurat, lansir Associated Press.
Pembubaran SCV merupakan keniscayaan bagi gerakan yang didirikan pada tahun 1971 itu, yang sebelumnya juga sudah berkali-kali dikabarkan akan dihapus. Organisasi itu merupakan salah satu perkumpulan Katolik yang dilahirkan sebagai reaksi dari gerakan teologi liberal yang marak di Amerika Latin.
Di masa kejayaannya, SCV memiliki sekitar 20.000 anggota di kawasan Amerika Selatan dan Amerika Serikat. Kelompok itu sangat berpengaruh di Peru.
Sejumlah bekas anggotanya melaporkan ke Keuskupan Agung Lima pada 2011 perihal pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pendirinya, Luis Figari, dan kasus-kasus lain yang terjadi paling lawas tahun 2000. Namun, baik petinggi Katolik setempat maupun Vatikan mengambil tindakan nyata untuk menanggapi pengaduan-pengaduan tersebut sampai salah satu korbannya, Pedro Salinas, menulis sebuah buku bersama jurnalis Paola Ugaz pada 2015 yang diberi judul “Half Monks, Half Soldiers”, berisi berbagai penyimpangan yang terjadi di Sodalitium.
Pada 2017, sebuah laporan yang disusun atas permintaan jajaran petinggi kelompok itu menyatakan bahwa Figari melakukan pelecehan seksual dan perundungan psikologis terhadap para pengikutnya.
Setelah dilakukan upaya reformasi, Paus Fransiskus mengirim dua orang penyidik kepercayaannya, Uskup Agung Charles Scicluna dan Monsignor Jordi Bertomeu, untuk meninjau kasus-kasus di Sodalitium.
Kedua penyidik itu mengungkap adanya tindakan “sadis” penyalahgunaan wewenang, kekuasaan dan spritual seperti dalam sekte, penyalahgunaan dana gereja, dan bahkan perundungan terhadap kalangan jurnalis yang mengkritik mereka.
Berdasarkan laporan tersebut tahun lalu Figari dan 10 anggota senior didepak keluar dari Sodalitium, termasuk seorang uskup agung yang melayangkan gugatan terhadap Salinas dan Ugaz atas laporan-laporan yang mereka ungkap ke publik.
Belum diketahui apa yang akan terjadi dengan aset-aset milik Sodalitium, yang diharapkan para korban digunakan untuk membayar kompensasi atas trauma yang mereka alami.
Berdasarkan hukum Gereja Katolik, hanya Tahta Suci Vatikan yang dapat menekan dan membubarkan gerakan keagamaan semacam Sodalitium Christianae Vitae atau Sodalitium of Christian Life.*