Hidayatullah.com– Jumlah korban perbudakan modern potensial di Inggris mencatatkan rekor tertinggi tahun lalu, menurut data statistik yang dirilis hari Kamis (6/3/2025).
Data Kementerian Dalam Negeri menunjukkan 19.125 rujukan korban potensial yang diajukan ke National Referral Mechanism (NRM) – sistem untuk identifikasi dan perlindungan korban di Inggris – pada tahun 2024, melebihi rekor sekitar 17.000 pada 2023, lansir Reuters.
Perbudakan modern – yang antara lain berupa perdagangan manusia, perbudakan atau kerja paksa – secara global angkanya naik disebabkan sejumlah faktor seperti kemiskinan, konflik dan migrasi jutaan manusia.
Di Inggris kejahatan itu terjadi dalam berbagai bentuk, di mana pria, wanita dan anak-anak dieksploitasi untuk bekerja dalam perdagangan narkoba atau seks, kerja paksa di pencucian mobil, salon perawatan kuku, dijadikan pembantu rumah atau sebagai perawat atau pengasuh.
Angka sesungguhnya dari jumlah orang yang hidup dalam perbudakan modern di Inggris diperkirakan sekitar 130.000, menurut kelompok peduli HAM Anti-Slavery International.
Sekitar 23 persen rujukan yang dibawa ke NRM melibatkan warga negara Inggris (terbanyak), sementara orang Albania mencakup 13 persen, orang Vietnam 11 persen. Sekitar 31 persen atau hampir 6.000 merupakan anak-anak.
Pemerintah Inggris berjanji akan menambah jumlah pekerja yang bertugas memproses klaim untuk mendukung NRM.
Lebih dari 17.000 orang yang menjadi korban perbudakan modern sedang menunggu keputusan tahap kedua atas klaim mereka pada akhir tahun lalu, menurut data resmi.
Kalangan aktivis, organisasi amal dan anggota parlemen mendesak Inggris untuk mengubah pendekatannya dalam penanggulangan perbudakan modern.
Kebijakan imigrasi yang lebih keras justru menyebabkan ribuan orang terperangkap di dalam perbudakan modern dan kemungkinan besar tidak berani melapor karena takut justru akan dideportasi, lapor Reuters bulan lalu.*