Hidayatullah.com–Mereka membuat poster yang menampilkan gambar seorang muslimah berjillbab makan ikan haring mentah, cumilan khas Belanda. Di bawahnya tertulis: “Ik lust ze rauw”, yang secara harfiah artinya: “Mentah pun saya doyan.” Tapi arti bebasnya, “Saya berani melawan.”
Ucapan ini ditujukan kepada pemimpin Partai untuk Kebebasan (PVV) yang sangat menentang pemakaian jilbab.
Tujuan kampanye ini untuk menentang prasangka buruk tentang muslimah yang mengenakan jilbab.
Wilders sering mengatakan bahwa muslimah yang berjilbab tertindas dan tidak berani bicara. Selain itu, Wilders dan para pengikutnya sering mengatakan, jilbab bertentangan dengan budaya mapan Belanda.
Nah dengan poster ini, Al Nisah ingin menunjukkan bahwa mereka adalah muslimah dan juga orang Belanda.
“Kami ingin menjelaskan bahwa kami orang Islam dan juga orang Belanda. Dan kami juga doyan haring, keju, dan drop, ” tandas Laeyla Cakir, Ketua Al Nisah.
Selain itu ada gambar perempuan bule Belanda minum teh. Di bawahnya tertulis: “Minum teh di masjid.” Poster ini merujuk tudingan Wilders terhadap Job Cohen, pemimpin partai buruh PvdA yang suka “minum teh bersama muslim”.
Cohen dinilai tidak tegas terhadap orang Islam, terutama remaja Maroko yang nakal. Menurut Wilders, Cohen tidak menindak mereka, tapi malah minum teh bersama mereka.
Cakir mengimbau agar jangan memperbesar perbedaan, tapi yang penting mencari jalan keluar bersama dengan berdialog. “Jika perlu sambil minum teh dan makan kue.”
Ketua Al Nisah, Leyla Çakir mengatakan, poster perempuan yang digambarkan tidak hanya muslim, tapi juga Belanda. Tujuannya untuk melawan prasangka tentang wanita muslim, yang menyebutkan banyak dari mereka tertindas dan tidak bisa berdiri sendiri.
Poster-poster juga dirancang untuk menunjukkan bahwa Belanda adalah sebuah masyarakat multikultural, apakah orang menerima kenyataan atau tidak.
Al Nisah mengadakan debat nasional pada tanggal 3 Juni dengan pertanyaan, “Bagaimana seharusnya kita berlanjut setelah pemilihan parlemen tanggal 9 Juni?”
Mantan politisi, intelektual, dan tokoh masyarakat muslim akan memimpin diskusi.
Al Nisah (Perempuan) didirikan pada tahun 1982, mengklaim sebagai organisasi nasional yang dibentuk bagi perempuan muslim di Belanda. [rnwl/hidayatullah.com]
Foto: RNW