Hidayatullah.com–Raja perusahaan tentara bayaran AS, Erik Prince, memilih untuk hijrah–atau mungkin lebih tepatnya melarikan diri–ke Abu Dhabi, setelah menghadapi berbagai macam tuntutan pengadilan terkait perusahaan jasa keamanannya.
Sebagaimana dilansir The New York Times (17/8/2010), dokumen-dokumen pengadilan menyebutkan, Erik Prince pemilik Blackwater Worldwide, perusahaan yang sedang berusaha untuk dijual dan para petingginya menghadapi tuntutan kriminal, telah meninggalkan Amerika Serikat menuju Abu Dhabi.
Prince yang pernah berdinas di Navy Seals dan mewarisi sebuah perusahaan spareparts kendaraan bermotor di Michigan, meninggalkan Amerika setelah mendapat sejumlah tuntutan kriminal serta penyelidikan Kongres terkait Blackwater, mantan eksekutif, serta staf-stafnya yang lain. Perusahaan Prince, yang kini bernama Xe Services, telah meraup untung jutaan dollar dari pemerintah AS sejak tahun 2001.
Para kolega dan mantan koleganya mengatakan, Prince sedang berupaya menjalankan usaha jasa keamanan untuk pemerintah di negara-negara Afrika dan Timur Tengah. Menurut mereka, Prince juga kecewa dengan pandangan negatif publik atas perusahaannya.
“Dia perlu keluar dari Amerika,” ujar salah seorang koleganya yang berbicara secara anonim kepada New York Times.
Prince sendiri tidak menghadapi tuntutan kriminal, tapi lima orang mantan eksekutifnya dituntut atas kasus perdata, didakwa melakukan berbagai tindak kriminal dan konspirasi. Dua orang pengawal yang bekerja untuk sebuah perusahaan yang berafiliasi dengan Blackwater menghadapi tuntutan kasus pembunuhan dalam sebuah peristiwa penembakan di tahun 2009. Dan Departemen Kehakiman AS sedang berusaha menuntut kembali lima mantan pengwal Blackwater yang dituduh membunuh 17 warga sipil Iraq pada tahun 2007.
Beberapa tahun terakhir, Kongres AS juga melakukan penyelidikan atas aktivitas Blackwater di Iraq dan Afghanistan, termasuk sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh komite intelijen di DPR Amerika atas keterlibatannya dalam usulan program pembunuhan yang diajukan CIA.
Jurubicara Prince, Mark Corallo, dan pengacara perdatanya di Washingon, Richard L. Beizer menolak memberikan komentar apapun.
Dalam dokumen tuntutan perdata yang dimasukkan pekan lalu oleh mantan pegawai Blackwater yang menuding Prince telah menipu pemerintah AS, disebutkan bahwa ia berusaha menghindar memberikan kesaksian dengan alasan dirinya telah pindah ke Abu Dhabi pada saat anaknya harus masuk sekolah di sana pada tanggal 15 Agustus. Dalam dokumen yang ada di pengadilan federal Virginia, pengacaranya menyebutkan bahwa Abu Dhabi adalah tempat tinggal Prince sekarang. Kesaksiannya kini dijadwalkan akan dilakukan di sana pekan depan, demikian kata pengacara yang menanganinya.
Prince menjadi terkenal sejak terjadi perang di Iraq. Blackwater menjadi nama yang paling diakui dalam industri penyedia jasa keamanan swasta yang sedang booming. Perusahaan yang didirikan Prince tahun 1997 itu tumbuh pesat, memenangkan sejumlah kontrak dengan Departemen Luar Negeri AS, CIA dan Pentagon.
Seiring perkembangan, para pengawalnya dikenal sebagai prajurit bayaran yang berlagak bak jagoan cowboy, yang senang menggunakan kekuatan senjata berlebih-lebihan dalam mengawal para diplomat AS. Hal itu menimbulkan kemarahan Iraq dan gesekan dengan militer AS.
Kasus terbesar yang melibatkan Blackwater terjadi pada September 2007, ketika para pengawal konvoinya memulai tembakan di Lapangan Nisour, Baghdad. Saat itu mereka tiba-tiba menembakkan senapan-senapan mesinnya, peluncur granat dan senjata-senjata lain ke arah warga sipil Iraq. 17 orang warga sipil tewas seketika. Lima orang pengawal lantas dituntut ke meja hijau, tapi seorang hakim federal membebaskan mereka dari semua dakwaan. Kini Dephan AS berusaha mengajukan banding.
Peristiwa pembunuhan di Lapangan Nisour itu membuat Departemen Luar Negeri AS membatalkan kontrak pengamanan diplomatiknya di Iraq dengan Blcakwater.
Meskipun jelas-jelas pemerintah AS yang mengajak Blackwater berpetualang di Iraq, tapi rupanya mereka tidak ingin menanggung getah sendiri. Departemen Kehakiman hingga saat ini terus melakukan penyelidikan guna mengetahui apakah Blackwater menyuap para pejabat pemerintah Iraq agar mendapat izin operasi di negara itu pascainsiden Nisour.
Pada tahun 2009, setelah sekian lama menjadi buan-bulanan, Prince mengubah nama Blackwater dan merombak total manajemennya. Dia menjual sektor penerbangan di perusahaannya awal tahun ini dan akhirnya menempatkan seluruh bagian perusahan, termasuk kantor pusat dan kompleks pelatihannya yang besar di Moyock, North Carolina, dalam daftar jual pada bulan Juni 2010.[di/nyt/hidayatullah.com]