Hidayatullah.com–Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani menjawab tuduhan Amerika Serikat yang mengatakan bahwa pemerintahnya terlibat dalam serangan atas kawasan diplomatik di Kabul oleh jaringan Haqqani. Gilani mengatakan bahwa kebijakan AS di Afghanistan “kacau.”
Gilani menyatakan bahwa tuduhan AS hanya akan menguntungkan kelompok pejuang Afghanistan. Mereka dapat menggunakan kekacauan dan kebingungan kebijakan AS di Afghanistan.
“Kami sangat menolak pernyataan tentang keterlibatan dengan Haqqani atau perang proksi,” kata Gilani dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh kantornya untuk menjawab tuduhan AS.
“Menyalahkan orang lain sama saja melumpuhkan diri sendiri … hal itu hanya menguntungkan musuh perdamaian. Hanya teroris dan militan yang diuntungkan dari adanya celah dan perpecahan,” kata Gilani (25/9).
Hari Jum’at (23/9) Gedung putih meminta agar Pakistan “memutuskan hubungannya” dengan kelompok Haqqani, sebuah faksi Taliban yang didirikan oleh CIA tapi kemudian menjadi sekutu Al Qaidah.
Sehari sebelumnya Admiral Mike Mullen, komandan tertinggi pasukan asing di Afghanistan, secara langsung menuding intelijen Pakistan mendukung serangan yang dilakukan kelompok Haqqani ke Kabul.
Jaringan Haqqani diperkirakan memiliki sedikitnya 2.000 personil, yang operasinya terpisah secara mandiri dari Taliban. Kelompok itu dipimpin oleh Jalaluddin Haqqani dan mendapat sokongan dari Amerika Serikat dalam perang melawan Uni Soviet di Afghanistan pada tahun 1980-an.
Gilani juga mengatakan bahwa negaranya tidak bertanggungjawab atas keamanan pasukan asing di Afghanistan. Pakistan sendiri, tegas Gilani, adalah korban dari serangan teroris yang dilancarkan dari Afghanistan.
“Sementara terjadi serangan teroris di Kabul dan Wardak, ada juga sejumlah serangan yang ditujukan ke Pakistan dari tempat-tempat persembunyian di Nuristan dan Kunar di Afghanistan,” katanya.
“Adalah tangungjawab Angkatan Bersenjata Afghanistan, NATO dan ISAF untuk mencegah militansi lintas batas semacam itu,” imbuhnya.
Tuduhan yang dilayangkan AS ke negaranya, kata Gilani, sama saja menjelek-jelekkan dan tidak menguntungkan Pakistan, negara yang telah berkorban banyak selama bertahun-tahun.
Lebih dari 35.000 rakyat Pakistan meninggalkan dalam pertempuran melawan terorisme dan korban luka jumlahnya lebih banyak lagi, kata Gilani. Amerika juga tahu bahwa Pakistan telah banyak menangkap anggota Al Qaidah, imbuhnya.
Sementara itu menurut sejumlah pejabat, Kepala Centcom AS Jenderal James Mattis hari Sabtu (24/9) melakukan pembicaraan dengan Panglima Angkatan Bersenjata Pakistan Ashfaq Kayani.
“Yang dibahas masalah seputar keamanan,” kata seorang pejabat senior kepada AFP, tanpa mau diungkap identitasnya. Tidak ada penjelasan lebih lanjut yang diberikan, tapi para pejabat Pakistan berkata bahwa pertemuan itu diharapkan bisa meredakan ketegangan antara Pakistan dan AS.*