Hidayatullah.com—Muhammad Hassan, seorang dai Salafy berpengaruh di Mesir menyeru agar mengganti bantuan tahunan yang diterima Mesir dari Amerika Serikat dengan dana dari sumbangan lokal.
Hassan menyampaikan gagasannya itu di televisi Al Nahar, akhir pekan lalu, lansir Al Ahram Rabu (15/02/2012).
Sebagaimana diketahui, setiap tahun Mesir menerima bantuan militer senilai USD1,3 milyar dari Amerika Serikat. Washington mengancam akan membekukan bantuan tersebut jika Mesir tidak berhenti melakukan pemeriksaan terhadap lembaga-lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang menerima bantuan asing, terutama dari AS. Sejak tahun 1970-an bantuan finansial AS mempengaruhi keputusan politik Mesir di dalam maupun luar negeri termasuk dalam masalah dengan Israel.
“Jika Amerika ingin memangkas bantuan militer, baiklah, Mesir tidak lebih lemah dari Iran, yang tergantung kepada dirinya sendiri dalam memproduksi perlengkapan militernya,” kata Hassan. “Rakyat Mesir tidak akan dapat dipecahbelah lagi.”
Hassan, yang populer di kalangan masyarakat Mesir, mengklaim dapat mengumpulkan donasi LE6 juta atau sekitar USD1 juta.
Dua kandidat presiden dari kelompok Islam, Muhammad Selim Al Awwa dan Abdul Munim Abul Futuh menunjukkan dukungannya kepada gagasan Hassan.
Menurut Futuh hari Selasa lalu, bantuan AS tersebut bukan diberikan sebagai bantuan amal, melainkan demi kepentingan negara Paman Sam sendiri.
Dalam konferensi pers di kantor Sindikat Jurnalis Mesir itu, Futuh menyatakan mendukung gagasan Hassan secara penuh.
Sedangkan menurut berbagai pemberitaan media hari Selasa, Al Awwa mengumumkan dukungannya atas gagasan Hassan karena dinilai dapat mencegah pihak luar mencampuri urusan dalam negeri Mesir.
Dalam anggaran tahun 2011, Washington mengalokasikan USD1,5 milyar untuk Mesir. Sehingga menjadikan negara itu sebagai negara penerima bantuan AS terbesar keempat setelah Aghanistan (USD3,9 milyar), Pakistan (USD3,1 milyar) dan Israel (USD3 milyar).*