Hidayatullah.com–Pemerintah Inggris dituduh gagal mengatur penjualan senjata ke Zionis Israel, menyusul bukti bahwa senjata yang mengandung komponen buatan Inggris digunakan dalam pemboman terhadap Gaza.
Dokumen yang diungkapkan media The Independent (2/8/2014) menyebutkan, izin ekspor senjata senilai £42 juta (sekitar Rp 831 miliar) telah diberikan kepada 130 produsen pertahanan Inggris sejak tahun 2010 untuk menjual peralatan militer ke Israel. Persenjataan ini termasuk amunisi, drone, dan kendaraan lapis baja.
Di antara produsen yang diberikan izin untuk melakukan penjualan adalah dua perusahaan Inggris yang memasok komponen pesawat tak berawak Hermes, yang menjadi tulang punggung Angkatan Udara Israel dalam melakukan misi penargetan dan pengintaian. Salah satu dari dua perusahaan juga memasok komponen untuk tank tempur utama Israel.
Drone Hermes banyak digunakan selama ‘Operation Protective Edge’, yakni aksi militer Israel yang berlangsung saat ini di Gaza, Palestina, dengan cara memantau dan melakukan serangan dengan peluru kendali.
Kementerian Luar Negeri mengatakan pada Jumat (1/8/2014) malam, pihaknya sedang menyelidiki laporan bahwa Letnan Hadar Goldin, 23 tahun, adalah kelahiran Inggris.
Pemerintah juga akan meninjau semua izin ekspor yang luar biasa untuk Israel. Tapi para politisi dan juru kampanye meminta para menteri untuk menetapkan secara definitif, apakah benar senjata atau komponen yang diproduksi di Inggris telah digunakan Angkatan Pertahanan Israel (IDF) di Gaza sejak pertempuran dimulai tiga minggu lalu.
Anggota parlemen dari partai Buruh Katy Clark mengatakan kepada The Independent: “Dengan menolak menyelidiki pertanyaan penting ini, Pemerintah Inggris berusaha untuk menguburkan kepala mereka di pasir (mengaburkan persoalan yang terjadi). Ini pendekatan yang memalukan, seakan-seakan dengan jelas Pemerintah memiliki sesuatu yang ingin disembunyikan.
“Publik Inggris memiliki hak untuk mengetahui tingkat dukungan Inggris yang telah diberikan kepada Angkatan Bersenjata Israel melalui penjualan senjata.”
Pada tahun 2009, Menteri Luar Negeri David Miliband mengakui, beberapa peralatan IDF yang digunakan dalam serangan di Gaza sebelumnya banyak dikritik karena mengandung komponen Inggris.
Pada saat itu pemerintah Inggris bersumpah akan mengawasi semua aplikasi ekspor di masa depan.*