Hidayatullah.com—Banyaknya serangan seksual di kota-kota di Jerman, seperti Berlin, Hamburg dan Cologne, pada malam Tahun Baru lalu menggemparkan seluruh negeri, terlebih tudingan pelaku mengarah kepada para pendatang asing, yang setahun belakangan membanjiri negara itu.
Dari 19 orang yang sedang diperiksa terkait serangan seksual di Cologne pada Kamis malam (31/1/2015), sepuluh di antaranya merupakan pencari suaka dan sembilan orang diyakini masuk ke Jerman secara ilegal. Demikian menurut laporan resmi seperti dikutip Euronews Senin (11/1/2016).
Menyusul kabar itu, Menteri Dalam Negeri Thomas de Maiziere memperingatkan agar kelompok tertentu menjadi target dalam kasus tersebut.
“Ketika para pencari suaka dihina sebagai ‘hewan’, ketika mereka atau tempat berteduh mereka dibakar, ketika politisi yang berkuasa di negeri itu dilabeli sebagai ‘pelenyap Jerman’ atau dilabeli sebagai pengkhianat, ketika media dicaci sebagai ‘pers pendusta’ atau ketika para pencari suaka menyebut wanita-wanita yang lalu-lalang di jalan sebagai pelacur, semua tuduhan itu tidak dapat diterima,” kata de Maiziere.
Menyusul maraknya laporan serangan seksual di malam Tahun Baru oleh orang-orang yang berperawakan seperti keturunan Arab atau Afrika Utara alias pendatang, kebijakan “pintu terbuka” Kanselir Angela Merkel dihujani kritik. Pertanyaan yang muncul di publik kemudian apakah para pejabat terkait sengaja diminta agar diam dan tidak bersuara perihal siapa pelaku serangan seksual yang terjadi secara massal tersebut.
Baca juga: Wanita Cologne Berunjuk Rasa Memprotes Banyaknya Serangan Seksual oleh Imigran
Gara-Gara Kasus Serangan Seksual Malam Tahun Baru Kepala Kepolisian Cologne Diberhentikan
Wolfgang Alber, kepala kepolisian Cologne, telah diberhentikan sementara dari tugasnya setelah dianggap menyembunyikan informasi dalam kasus tersebut.
Kepolisian Cologne dianggap bersalah karena tidak meminta bantuan untuk mengatasi kriminalitas yang memuncak di malam perayaan pergantian tahun itu.*