Hidayatullah.com—Pemimpin Yahudi di kota Marseille, Prancis, meminta agar para pria Yahudi tidak mengenakan topi khas mereka, kippah, menyusul serangan yang dialami seorang guru Yahudi.
Zvi Ammar, pimpinan Konsistori Israel di Marseille, mengatakan “tindakan luar biasa” perlu diambil guna menyelamatkan nyawa orang-orang Yahudi.
Namun, pimpinan rabi Prancis mendesak agar umat Yahudi tetap mengenakan topi khas mereka, lapor BBC Selasa (12/1/2016).
Guru tersebut ditusuk oleh seorang anak laki-laki yang dikabarkan mengatakan dirinya melakukan hal itu demi kelompok ISIS.
Serangan hari Senin (11/1/2016) dengan menggunakan golok itu mengakibatkan Benjamin Amsellem, yang saat kejadian mengenakan kippah (yarmulke), menderita luka di bahu dan tangan.
Berbicara kepada koran Prancis, La Provence, Ammar mengimbau agar orang-orang Yahudi tidak mengenakan kippah di jalan agar tidak diketahui identitasnya sebagai seorang laki-laki Yahudi.
Ketua Konsistori Israel di wilayah Marseille itu (konsistori Yahudi = semacam dewan tertinggi bagi umat Yahudi, red), mengatakan dirinya sadar imbauannya dapat memicu kemarahan di kalangan Yahudi. Namun, “tidak ada yang lebih penting” dari melindungi nyawa manusia, kata Ammar. Dia meminta lelaki Yahudi tidak mengenakan kippah sampai “situasinya kembali aman.”
Akan tetapi, ketua rabi Prancis Haim Korsia mendesak Yahudi Marseille tidak mengikuti saran itu.
“Kita tidak harus menyerah pada apa pun, kita harus tetap mengenakan kippah,” kata Korsia, menegaskan bahwa topi khas Yahudi itu tidak bertanggung jawab atas serangan yang terjadi.
Seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun keturunan Kurdi Turki ditangkap menyusul serangan atas Amsellem, 35, yang dilakukan di tengah jalan siang hari di Marseille hari Senin lalu.*