Walkie-talkie di menara Masjid
Kelompok sayap kanan telah menuduh pasukan pro-Assad telah memborbardir teritorial pejuang oposisi secara serampangan sejak awal mula terjadinya konflik.
Russia telah dituduh sebagai penyebab serangan yang menyebabkan ribuan lebih warga sipil menjadi korban, meski Rusia menyangkal klaim-klaim tersebut dan menyatakan bahwa mereka hanya menargetkan ISIS dan kelompok pembebasan lainnya.
Pemantau lain di Latakia, Abu Omro, mengatakan ia dan teman-temannya terorganisir secara bebas menjadi beberapa unit dan bahwa jaringan tersebut tidak berafiliasi dengan grup pemberontak tertentu.
“Tujuannya adalah untuk melindungi rakyat, dan pemberontak, dari serangan pesawat dan ledakan… Para monitor ini sangat penting,” katanya kepada AFP lewat WhatsApp.
Para pemantau ini beroperasi layaknya rantai: ketika satu pesawat Rusia berangkat dari Hmeimim, pengintai memperingatkan rekan-rekannya di provinsi mana saja yang dituju oleh pesawat tersebut, yang pada gilirannya mengontak aktifis dan pemberontak di sana.
Para aktifis yang bergantung kepada para monitor tersebut mengatakan bahwa peringatan-peringatan itu amat dibutuhkan.
Di Provinsi Homs tengah, seorang aktifis, Hassaan Abu Nuh sedang memberi pesan peringatan adanya pesawat perang yang mengarah ke kotanya di Talbisseh, daerah yang biasanya dibombardir oleh pesawat Pemerintah Suriah dan Rusia.
Bahkan sebelum kampanye Rusia dimulai, para aktifis sudah mulai berusaha mencari cara untuk meminimalisir jatuhnya korban akibat serangan udara.
“Ketika rezim mulai menggunakan pesawat perang dan helikopter di perkotaan, orang-orang mulai berpikir berbagai cara untuk memberi peringatan para warga sipil,” katanya kepada AFP via internet.
“Setelah beberapa kali percobaan, mereka memutuskan pada akhirnya untuk menggantungkan walkie-talkie ke atas pengeras suara di dalam menara-menara masjid.”
Dengan cara itu, para aktifis akhirnya bisa menyiarkan peringatan ke seluruh kota: “Helikopter dengan bom barrel sudah memasuki wilayah udara dari arah timur. Warga, hati-hati. Bersihkan jalanan. Ber tempat-tempat publik,” demikian bunyi peringatan tersebut.
‘Hidup atau Mati
Di provinsi utara Aleppo, warga dan relawan layanan sipil menggunakan tiga saluran walkie-talkie untuk berkomunikasi mengenai serangan udara, ungkap aktivis media Adel Bakhso.
Jaringan yang terletak di dekat kotanya, Aandan, telah berdiri hampir sejak tiga tahun yang lalu dan menjadi tempat yang krusial sejak pemerintah mulai menjatuhkan bom barel di atasnya pada tahun 2014.
“Di tahun 2014, Aandan dan pedesaan di sekitarnya terkena serangan oleh setidaknya 10 bom barel dalam sehari, itu belum termasuk serangan udara,” kata Bakhso.
“Para pemantau dan tim pertahanan sipil memainkan peran yang luar biasa, yaitu memberi tahu orang-orang kapan helikopter akan datang,” imbuhnya.
Begitu bunyi peringatan selesai, penduduk di kota seperti Aandan atau Talbisseh memiliki waktu antara 5 sampai 7 menit untuk berlindung di ruang bawah tanah atau melarikan diri ke desa tetangga.
Bakhso mengatakan dewan lokal Aandan baru-baru ini membangun lima tempat penampungan baru yang diperkuat dengan blok semen, beberapa di antaranya berada di bawah tanah.
Peran Rusia dalam konflik Suriah menambah tantangan baru bagi para pengamat, yang mengatakan bahwa mereka sudah bisa memecahkan kode pesanpesan yang tertangkap dalam bahasa Rusia.
“Setelah beberapa saat, orang-orang di lapangan mampu memecahkan kode komunikasi Rusia ‘- serta memonitor pesawat, baik lewat suara maupun penglihatan,” kata Abu Nuh.
“Peringatan seperti ini telah menyelamatkan nyawa dari warga sipil… ini adalah urusan hidup atau mati untuk rakyat yang berada di daerah sini.”?*