Hidayatullah.com—Maskapai penerbangan Air France memutuskan memberikan izin kepada kru wanitanya untuk tidak terbang ke Iran, jika mereka menolak untuk mengenakan kerudung.
Maskapai penerbangan milik negara Prancis itu hari Senin (4/4/2016) mengatakan berencana menunjuk unit khusus untuk menggantikan staf wanita yang menolak terbang dalam rute baru Paris-Teheran.
“Siapa saja wanita yang ditugaskan dalam penerbangan Paris-Teheran yang dengan berbagai alasan pribadi menolak mengenakan kerudung setelah meninggalkan pesawat akan dialihtugaskan ke tujuan lain, dan dengan demikian tidak berkewajiban menjalani penerbangan itu,” kata pejabat dari bagian kepegawaian Air France, Giles Gateau, kepada radio Europe 1 seperti dilansir Deutsche Welle.
Berdasarkan peraturan hukum di Iran, wanita harus menutupi rambut mereka di tempat publik. Dalam surat pemberitahuan kepada para stafnya belum lama ini, Air France memperingatkan kru wanitanya bahwa mereka akan perlu mengenakan kerudung begitu keluar dari pesawat di Teheran. Perusahaan itu juga mengatakan bahwa mereka harus mengenakan seragam berlengan panjang dan celana panjang, bukan pakaian seragam hanya mencapai lutut.
Air France mulai 17 April 2016 memulai kembali penerbangannya ke Iran, delapan tahun setelah perusahaan itu membekukan jalurnya ke negara Persia itu menyusul beragam sanksi internasional terkait kebijakan nuklir pemerintah Teheran.
Pemimpin spiritual Syiah Ayatullah Khameini dulu kembali ke Iran dari pengasingannya dengan menumpang pesawat Boeing 747 milik Air France, setelah pendukungnya berhasil melakukan revolusi menggulingkan kekuasaan Mohammad Reza Shah Pahlavi. Revolusi pada bulan Februari 1979 itu mengakhiri era monarki dan menjadi awal era republik Iran.
Sementara itu, maskapai penerbangan British Airways juga direncakan kembali terbang ke Iran pada bulan Juli mendatang, Seorang juru bicara perusahaan asal Inggris itu kepada Reuters mengatakan pihaknya akan membuat rekomendasi terkait masalah tersebut menjelang waktunya. Sedangkan penerbangan Jerman, Lufthansa, yang masih terus membuka jalur penerbangan ke Iran meskipun beragam sanksi internasional diterapkan, mengatakan tidak menghadapi kendala berkaitan dengan masalah itu, dan kru wanitanya mematuhi ketentuan untuk menutup kepala di tempat-tempat umum.*