Hidayatullah.com—Pastafariamisme, yang pengikutnya meyakini ajaran Gereja Monster Spageti Terbang, bukanlah agama. Demikian menurut pengadilan administratif tertinggi di Belanda.
Raad van State memproses kasus itu atas permohonan seorang mahasiswa dari kota Nijmegen.
Mahasiswa bernama De Wilde menyerahkan foto paspor yang mana dia mengenakan panci saringan di kepalanya, yang merupakan simbol suci Pastafarianisme.
Wali Kota Nijmegen menolaknya dan berdalih foto tersebut tidak sesuai dengan aturan resmi yang berlaku. Oleh karena itu, pemuda tersebut lantas mengajukan masalahnya ke pengadilan.
Hukum di Belanda menyatakan bahwa penutup kepala yang boleh dipakai dalam foto paspor adalah yang digunakan demi kepentingan keagamaan, filosofis atau alasan medis.
Penutup kepala boleh dipakai dalam foto paspor jika alasannya adalah kepentingan relijius. Namun, karena Pastafarianisme dianggap bukan agama, maka tidak ada alasan bagi pengikutnya untuk memakai tudung kepala.
Menurut pengadilan, Pastafariamisme dipenuhi oleh satir dan tidak bisa dianggap sebagai ajaran suatu agama serius, seperti kriteria yang ditetapkan oleh Pengadilan HAM Eropa dalam mendefinisikan kebebasan beragama.
“Saya bisa membayangkan semuanya kelihatan sangat ganjil jika orang tidak mempercayainya,” kata De Wilde kepada koran Algemeen Dagblad seperti dilansir Euronews Kamis (16/8/2018). “Namun, itulah yang terjadi pada banyak agama jika anda tidak meyakininya, contohnya orang yang bisa berjalan di atas air atau membelah dirinya sendiri menjadi dua. Menurut saya agama-agama lainnya tidak dapat dipercayai,” ujar mahasiswa itu.
Menurut media lokal, De Wilde sekarang sedang mempertimbangkan untuk membawa kasusnya ke Pengadilan HAM Eropa.
Pastafariamisme dilahirkan oleh warga Amerika Serikat Bobby Henderson, yang meyakini bahwa dunia ini diciptakan oleh Monster Spageti Terbang yang tidak kasat mata.
Henderson mengarang Pastafariamisme sebagai protes terhadap paham penciptaan yang diajarkan di sekolah-sekolah di Amerika. Henderson merasa Pastafariamisme harus diajarkan juga di sekolah-sekolah.*