Hidayatullah.com— Dinas-dinas intelijen Amerika Serikat dan Jerman Barat mata-matai pemerintahan di seluruh dunia selama puluhan tahun dengan menggunakan sebuah firma enskripsi Swiss, demikian klaim sebuah investigasi baru.
Ratusan negara menggunakan peralatan Crypto AG untuk melindungi rahasia terpenting mereka, tetapi sebuah penyelidikan baru menemukan bahwa perusahaan itu secara diam-diam dimiliki oleh CIA dan dinas intelijen Jerman BND.
Dengan mencurangi (mengutak-atik) peralatan tersebut, agen agen intelijen Amerika Serikat dan Jerman Barat dapat menguping sekutu-sekutu serta musuh-musuh mereka.
Hal ini terungkap dari sebuah laporan rahasia CIA yang diperoleh lembaga penyiaran publik Jerman ZDF, yang bekerja sama dengan Washington Post untuk mengungkap hal tersebut.
Kepala Biro ZDF Washington Elmar Theveßen mengatakan kepada Euronews itu sepertinya “operasi mencuri-dengar intelijen terbesar selama kurun 60 tahun terakhir.”
Dia mengatakan badan-badan intelijen AS dan Jerman Barat menggunakan program itu dari tahun 1970 sampai 1993, sementara CIA terus menggunakannya sendirian sampai sekitar tahun 2018.
Theveßen mengatakan bahwa alat itu digunakan, contohnya, untuk mencuri dengar apa yang sedang terjadi selama masa rezim diktator militer Argentina di tahun 1970-an.
“AS dan Jerman pada dasarnya dapat mengetahui semua apa yang sedang terjadi berkaitan dengan para pengkritik rezim di sana,” kata Theveßen seperti dikutip Euronews Kamis (13/2/2020).
“Kala itu lebih dari 30.000 orang dibunuh, mereka dilenyapkan begitu saja, sementara Jerman dan AS mengetahui dengan pasti apa yang terjadi lewat aksi curi-dengar komunikasi-komunikasi yang ada, dan tentu saja ini menyulut pertanyaan besar tentang etika: Mengapa mereka tidak berbuat sesuatu?” imbuhnya.
Theveßen juga mengklaim dinas-dinas intelijen berbagi informasi yang mereka dapat dengan perdana menteri Inggris kala Itu, Margaret Thatcher, yang kemungkinan dapat mencegah terjadinya Perang Falklands.*