Hidayatullah.com–Dosen-dosen di Irlandia Utara hari Kamis (20/2/2020) memulai aksi migok kerja selama 14 hari.
Aksi yang dilakukan sebagian anggota serikat kerja University and College Union (UCU) itu dipicu oleh perselisihan panjang tentang gaji dan pensiun.
Sementara ada lebih 1.500 anggota UCU di perguruan-perguruan tinggi di Irlandia Utara, diduga tidak semua akan mengikuti aksi mogok, lapor BBC.
Sebagian kelas di Queen’s University di Belfast dan Ulster University diduga akan terdampak
UCU mengatakan bahwa anggotanya, baik dari kalangan akademisi maupun staf pendukung, akan melakukan mogok kerja pada 20 dan 21 Februari, serta mulai hari Senin 24 Februari sampai Rabu 26 Februari. Disusul kemudian aksi mogok mulai 2 Maret sampai 5 Maret. Mereka kemudian akan mogok satu pekan mulai 9 Maret.
Anggota-anggota UCU di kedua universitas itu pada bulan November dan Desember tahun lalu juga melakukan aksi mogok, bersama kolega mereka dri 60 universitas lain di berbagai daerah di Inggris.
Aksi mogok itu juga dilakukan di 74 universitas lain di seluruh Inggris, termasuk Open University (Universitas Terbuka) di Irlandia Utara.
Caitlin Adams, ketua UCU cabang Open University di Irlandia Utara, mengatakan bahwa lembaga-lembaga pendidikan tinggi itu tidak kunjung membuat keputusan untuk memperbaiki masalah beban kerja, kondisi tempat kerja, upah dan pensiun, sehingga mereka terpaksa mogok kerja.
“UCU siap untuk bernegosiasi, pihak majikan perlu menyodorkan kesepakatan yang adil untuk menuntaskan perselisihan ini,” ujarnya.
Dalam email yang ditujukan kepada semua mahasiswa, wakil rektor Queen’s University Prof. David Jones mengatakan kampus tetap buka selama aksi mogok berlangsung.
Dia mengatakan pihak universitas menghormati hak stafnya untuk melakukan mogok massal, tetapi karena masalahnya tingkat nasional maka tidak dapat diselesaikan sendiri oleh lembaganya.
Jones lebih lanjut mengatakan bahwa dampak aksi mogok akan berbeda di masing-masing jurusan, dan sebagian besar kuliah mahasiswa tidak akan terganggu dengan adanya aksi tersebut, serta memastikan mahasiswa tidak akan dirugikan kalaupun kuliah mereka dibatalkan.
Prof. Paul Bartholomew, deputi wakil rektor Ulster University, mengirimkan email serupa kepada semua mahasiswanya dengan isi yang tidak berbeda.*