Hidayatullah.com–Gereja Katolik di Negara Bagian Kerala menghimbau orangtua dan guru untuk bersiaga terhadap strategi Islam yang dinilai akan “meng-Islam-kan” perempuan melalui perkawinan. Namun, seorang anggota dari sebuah kelompok Muslim, telah menolak klaim-klaim semacam itu.
Dugaan-dugaan geraja dianggap nyata dalam sebuah kasus di Kejaksaan Tinggi Kerala belakangan ini. Di awal September, dua orang mahasiswi dari sebuah sekolah bisnis Katolik, seorang Hindu dan seorang Kristen, mengatakan mereka merasa menjadi korban permainan para pemuda Muslim, permainan yang kini secara populer disebut “love jihad” di negara bagian itu.
Mereka mengatakan, mereka dirayu para pemuda Muslim dan jatuh cinta dengan mereka. Para perempuan itu menuduh para pemuda itu memaksa mereka masuk Islam.
Para perempuan itu dibawa ke pengadilan setelah orangtua mereka mengadu tentang kehilangan mereka. Perempuan itu kemudian diizinkan meninggalkan orangtua mereka. Dua pria Muslim diduga berasosiasi dengan Campus Front, sebuah persatuan mahasiswa dari Popular Front of India (PFI), sebuah organisasi Islam, yang mengelak bertanggungjawab.
Pada 30 September, jaksa meminta polisi negara bagian itu dan pemerintah federal untuk menginvestigasi fenomena “love jihad” yang banyak dituduhkan. Jaksa meminta Departemen Dalam Negeri federal untuk menyelidiki sumber dana dan jumlah gadis-gadis yang menikah melalui “love jihad” tiga tahun terakhir.
Menurut media India, jaksa juga menuntut pemerintah negara bagian itu untuk menyediakan informasi tentang pandangannya terhadap praktek itu.
Fenomena ini membuat pihak gereja Katolik di negara bagian itu sedang memantau perkembangan secara intens.
“Sangat penting bahwa Gereja hendaknya menentang gerakan itu,” kata Pastor Johny Kochuparambil, sekretaris Komisi Kerukunan dan Kewaspadaan Masyarakat dari para uskup Kerala. Ia mengatakan, fenomena seperti itu mengganggu kerukunan dan ketenteraman antaragama di negara bagian itu.
Namun, Naseeruddin Elamaram, seorang kuasa hukum dan anggota komite tertinggi PFI, menepis tuduhan terhadap organisasinya itu. “Perpindahan agama bukanlah suatu kejahatan,” katanya dikutip media Katolik, UCA News. “Perpindahan agama juga terjadi dalam agama Hindu dan Kristen. Seseorang tidak bisa mencap semua urusan asmara sebagai kasus perpindahan agama secara paksa yang menjadi kegiatan ekstrimis,” tambah nya.
Kepada UCA News, pastor Kochuparambil menuduh bahwa “love jihadi” (para pejuang cinta) itu katanya beroperasi di kampus-kampus. Mereka berusaha keras merebut hati para pemudi sebelum meminta nikah, tambahnya. “Ketika gadis itu menerima pernikahan, mereka di-Islam-kan.”
Kaum Muslim berjumlah sekitar 24 persen dari 31,8 juta penduduk Kerala. Umat Hindu, yang 56 persen, adalah kelompok agama terbesar, dan umat Kristen, yang 19 persen, adalah yang ketiga dari total penduduk negara bagian itu.
Sementara menunggu perkembangan penyelidikan di Kejaksaan Tinggi, komisi Gereja itu mengedarkan pedoman ke semua paroki dan lembaga pendidikan yang dikelola Gereja untuk membantu orangtua dan guru melindungi para mahasiswi.
Komisi itu mendesak orangtua dan lembaga-lembaga pendidikan untuk mengawasi kegiatan anak mereka. Komisi itu menginginkan para orangtua untuk mencegah anak-anak mereka menggunakan HP atau menggunakan waktu berjam-jam di warnet.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Menurut Times of India, Jaksa di Kejaksaan Tinggi K.T. Shankaran mengatakan bahwa ada indikasi bahwa sejumlah kelompok “love jihad” terjadi di negara bagian itu.
Aparat Polisi K.S. Gopakumar, yang mengepalai penyelidikan itu, mengatakan “love jihad “adalah sebuah gerakan terorganisasi dengan sebuah jaringan luas untuk merayu gadis-gadis. Ia menambahkan, “Ini merupakan sebuah gerakan sangat berbahaya yang dimaksud untuk mengacaukan kerukunan antaragama.”
Diperkirakan jumlah kasus “love jihad” mencapai 4.000, jumlah itu diberikan oleh organisasi nasionalis Hindu, Vishwa Hindu Parishad (Dewan Hindu se-Dunia), namun perkiraan polisi bahkan dua kali lebih besar.
Sementara itu, Sriram Sena (tentara Dewa Ram), sebuah kelompok Hindu sayap kanan, meluncurkan sebuah aksi melawan “love jihad.” Hindu Aikya Vedi (Front Persatuan Hindu), sebuah organisasi Hindu lain, jalur bantuan bagi para mahasiswi yang dibujuk dalam “love jihad.” [ucanews/hidayatullah.com]