Hidayatullah.com—Menteri Kesehatan Mesir menyebutkan korban tewas akibat peristiwa pembantaian aparat keamanan di bundaran Rabi’ah al Adawiyyah mencapai 638, demikian dikutip Aljazeera (15/08/2013).
Selain menyatakan setidaknya 638 orang tewas, Kementerian Kesehatan Mesir juga menyebutkan tak kurang dari 4.000 orang terluka dalam insiden berdarah yang bermula dari upaya paksa pihak keamanan Mesir mengusir demonstran pendukung presiden terguling Mesir Dr Muhammad Mursy pada Rabu (14/8/2013).
Mohammed Fathallah, juru bicara kementerian, mengatakan sebelumnya bahwa tubuh berlumuran darah yang berderet di Masjid Al Imam di kota Nasr tidak termasuk dalam korban tewas resmi. Tidak ada pernyataan yang memastikan apakah data terbaru ini sudah memasukkan korban tewas yang dikumpulkan di masjid tersebut.
Kementerian Kesehatan Mesir dalam pernyataannya mengatakan, 288 korban tewas berasal dari perkemahan terbesar demonstran di distrik Nasr kota Kairo. Sementara 90 korban tewas lain berasal dari perkemahan yang lebih kecil di al-Nahda Square di dekat Universitas Kairo. Selebihnya tewas dalam bentrok pendukung Mursi dan pasukan keamanan di beragam tempat.
Sementara itu al Ikhwan al Muslimun mengatakan, korban tewas sesungguhnya diperkirakan mencapai 2.600 orang dan korban luka mencapai 10.000-an orang.
Pembantaian yang dilakukan kepada ratusan ribu demonstran pro-Mursy di bundaran Rabi’ah Al Adawiyyah dan Nahdhah (14/08), dengan mengerahkan ratusan polisi dengan senjata lengkap.
Sementara di sisi lain, pemerintah Mesir menguburkan 43 petugas kepolisian yang juga menjadi korban dalam insiden “Rabu berdarah” tersebut. Menteri Dalam Negeri Mohammed Ibrahim, yang juga membawahi kepolisian, memimpin langsung penguburan itu.
Aparat kala itu juga diperkuat dengan kendaraan lapis baja dan buldoser, untuk menghancurkan perkemahan dan aksi duduk para demonstran di dua lokasi utama tempat pendukung Mursy menggelar aksi protes selama enam pekan terakhir.
Sehari pasca pembantaian siang hari jalanan Darrosah-District 7 terlihat sangat sepi dan masih mencekam.
15 tank militer masih bersiaga di jalan samping asrama mahasiswa Al Azhar, District6, Kairo.
Terlihat 5 bangkai mobil aparat yang hancur terbakar di beberapa ruas jalan raya.
Bekas-bekas bentrokan seperti batu-batu berserakan di sepanjang jalan, juga tiang-tiang lampu penerangan tumbang melintang di jalanan.
Di beberapa tempat terlihat pasukan bersenjata lengkap dengan rompi anti peluru menggeledah para penumpang angkutan umum dan mobil pribadi. Termasuk koresponden hidayatullah.com di Kairo, Rizqi Utama
Mahasiswa Al Azhar asal Indonesia ini dimintai Paspor saat penggeledahan dalam Bus jurusan Darrosah-District7 yang dia tumpangi.*
Meski demikian, situasi ini tidak membuat rakyat mesir diam dan ketakutan.
Diperkirakan 500 ribu masyarakat Mesir berbondong-bindong turun ke jalan selepas shalat Jumat siang di Kairo guna mengikuti panggilan Ketua Persatuan Ulama Dunia, Syeikh Dr Yusuf al-Qaradhawi yang sebelumnya mengeluarkan anjuta hari Jumat ini sebagai ‘Hari Jumat Kemarahan” (Jum’at Ghadab).
Jamaah dari 28 masjid di Kota Kairo, serempak berdemosntrasi menuju lapangan Ramsis, Kairo, menentang kudeta pemerintahan militer yang dikomandani Jendral Abdul Fattah Al-Sisi.*/Rizki Utama, Mesir