Hidayatullah.com– Ribuan orang turun ke jalan hari Jumat di di berbagai kota di Provinsi Idlib, Suriah, wilayah terakhir yang dikuasai kelompok pembebasan yang tersisa di Suriah, menyerukan jatuhnya diktator Bashar al-Assad, tulis al Araby.
Mereka memprotes upaya rezim Presiden Bashar al-Assad yang dibantu Rusia untuk merebut wilayah itu melalui operasi militer besar-besaran.
Meskipun para pengunjuk rasa takut operasi berdarah yang dilakukan oleh Bashar al Assad dan sekutunya, dari seluruh konflik, para demonstran dari segala usia tetap menentang dan bersorak sorai menyampaikan slogan-slogan yang sama yang dinyanyikan ketika aksi protes pertama pecah selama Musim Semi Arab tujuh tahun lalu.
Di Ibu Kota Provinsi, Kota Idlib, dan di kota-kota lain termasuk Kafranbel, Dana, Azaz, Maaret al-Numan dan al-Bab, para demonstran membanjiri jalan-jalan usai salat Jumat. Mereka menyanyikan lagu perlawanan terhadap Assad, mengangkat bendera tiga warna hijau, putih dan hitam yang telah menjadi panji dari pemberontakan tahun 2011.
“Para oposisi adalah harapan kami. Orang Turki adalah saudara kami. Para teroris adalah Bashar, Hizbullah dan Rusia,” bunyi spanduk yang diusung warga di Desa Kneiset Bani Omar.
Turki selama ini memang dikenal sebagai salah satu pendukung oposisi yang ingin menggulingkan rezim Assad. Sedangkan Hizbullah dan Rusia merupakan pendukung rezim Assad pemimpin Republik Arab Suriah.
“Tidak akan ada solusi di Suriah tanpa lengsernya Assad,” bunyi spanduk lain yang dibawa para warga di utara Mhambel.
Demonstrasi di berbagai jalan di Idlib dilaporkan situs yang dikelola aktivis Aleppo Media Center, Orient News, dan halaman media sosial lainnya.
Jumat telah menjadi “hari adat” untuk protes di seluruh dunia Arab sejak pemberontakan 2011 yang melanda kawasan itu.
Pemerintah Assad dan para pendukungnya, Rusia dan Iran, mengatakan Idlib dikuasai oleh kelompok pengacau, dan telah mengancam akan mengambil alih dengan paksa.

Wissam Zarqa, seorang dosen universitas di Idlib, mengatakan bahwa para demonstran menerbangkan bendera tiga warna untuk membantah klaim rezim Assad yang mengkklaim wilayah Idlib didominasi oleh kelompok kelompok Hai’ah Tahrir as-Syam (Komite Pembebasan Syam).
Para demonstran dari segala usia melambaikan bendera pro-revolusioner Suriah sementara ketika mereka berkumpul di luar balai kota Al-Dana.
“Masyarakat internasional terlibat dalam pembunuhan kami,” kata seorang bocah lelaki. Para pengunjuk rasa mengecam kekuatan Barat karena tidak beraksi selama tujuh tahun konflik, dan bersorak memuji Turki yang telah berusaha mencapai kesepakatan gencatan senjata di provinsi barat laut.
Al-Dana hanyalah salah satu dari ratusan kota di wilayah tempat warga Suriah turun ke jalan dengan protes serupa.
Di Maarat al-Numan di selatan Idlib, lebih dari seribu orang berkumpul dengan cara yang sama dengan 2011, ketika protes pertama kali muncul untuk menyerukan reformasi demokratis.
Baca: 20 Warga Sipil di Idlib Tewas, Sebagian Besar Anak-anak Akibat Serangan Suriah
Provinsi Idlib, yang jadi rumah bagi sekitar 3 juta penduduk, sekarang menjadi tempat perlindungan terakhir bagi hampir 1,5 juta pengungsi Suriah yang melarikan diri dari pertempuran di bagian lain Suriah. Banyak dari mereka menolak untuk kembali ke wilayah asal mereka yang sudah dikendalikan pasukan Presiden Assad.
Pemerintah dan pasukan Rusia telah membombardir kota-kota dan desa-desa di provinsi Idlib sejak awal pekan ini. Lusinan warga sipil dilaporkan tewas dan dua rumah sakit rusak.
Namun serangan mereda pada hari Rabu di tengah pembicaraan trilateral antara Turki, Rusia dan Iran di Teheran.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu hari Senin.*