Hidayatullah.com– Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Ash-Shidiqie turut menyoroti polemik berdirinya Patung Dewa Perang China, Kwan Sing Tee Koen, di Tuban, Jawa Timur.
Terkait patung yang didesak warga Jatim untuk dirobohkan itu, Jimly mengungkapkan bahwa hal itu harus menjadi pelajaran.
Baca: Warga Gabungan se-Jatim Tuntut Pembongkaran Patung Dewa Perang China di Tuban
Menurutnya, saat ini masyarakat sedang mengalami tingkat sentimental yang kuat sekali.
“Temen-temen Tionghoa kita harapkan ada feeling (perasaan. Red), ada sensitivitas. Begitu juga kelompok beragama non-Islam lainnya,” katanya saat dalam konferensi pers di Kantor ICMI di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (09/08/2017), menyikapi situasi kebangsaan terkini di Indonesia.
Sebagaimana diketahui, Patung Dewa Perang China, Kwan Sing Tee Koen, di Tuban memicu polemik. Antara lain karena patung itu dinilai tidak ada hubungannya sama sekali dengan sejarah bangsa Indonesia.
Baca: Soal RUU PUB, MUI Jatim: Jangan Lindungi Minoritas Yang Rusak Keutuhan NKRI
Jimly juga menegasakan bahwa sensitivitas dan toleransi itu sangat penting dalam bermasyarakat.
Ia menyinggung tentang toleransi yang terkadang hanya dituntut kepada kelompok mayoritas atas minoritas saja.
“Ini, kan, tidak adil,” tegas mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini.
Baca: Ketua Umum ICMI Ingatkan Pimpinan Parpol Hati-hati Berbicara
Jimly mengimbau kepada seluruh tokoh Islam di Jatim untuk ikut membantu membantu meredamkan masalah tersebut.
Senin (07/08/2017) lalu, warga Jatim, gabungan dari 53 elemen ormas serta LSM nasionalis dan agamis, menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Jatim, Surabaya, menuntut dirobohkannya Patung Dewa Perang China, Kwan Sing Tee Koen, di Tuban.* Ali Muhtadin