Hidayatullah.com– Ibu melambangkan kasih sayang. Ibu menjadi sosok benteng moral terakhir. Ibu juga pembela kemanusiaan. Namun, sosok ibu yang positif tersebut tidak terwakili oleh Aung San Suu Kyi, pemimpin Myanmar.
Demikian penilaian Ketua Gerakan Ibu Negeri (GIN), Neno Warisman, atas wanita peraih Nobel Perdamaian tersebut terkait krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya.
Neno pun menilai pencabutan Nobel Perdamaian bagi Aung San Suu Kyi, sebagaimana disuarakan banyak pihak, sangat pantas.
Baca: Ketua GIN: Aung San Suu Kyi Tak Mewakili Sosok Ibu Penyayang
“Sudah sangat pantas hadiah nobel itu dicabut dari Aung San Suu Kyi,” ungkap Neno Warisman saat diwawancarai hidayatullah.com pada aksi peduli Rohingya di arena Car Free Day (CFD), Bundaran HI, Jakarta, Ahad (03/09/2017).
Neno, pegiat ketahanan keluarga yang mengaku mewakili para ibu di Indonesia itu sangat mengecam pemerintah dan militer Myanmar atas dugaan genosida terhadap etnis Rohingya.
Baca: Malaysia: Aung Suu Kyi Tak Boleh Diam Penindasan Etnis Rohingya
Dalam aksi peduli Rohingya tersebut, massa menjuluki Aung San Suu Kyi sebagai teroris yang sebenarnya.
“The real terrorist #SaveRohingya,” bunyi salah satu poster bergambar Aung San Suu Kyi dan Ashin Wirathu, tokoh biksu ekstremis Buddha Myanmar, yang dibawa massa.* Zulkarnain