Hidayatullah.com– Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Badan Pelaksana Badan Wakaf Indonesia (BWI), menggantikan Slamet Riyanto.
Dengan pengalamannya sebagai Menkominfo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, ia dinilai paling layak untuk menjadi ketua.
Dalam sambutannya sebagai ketua baru BWI, M Nuh menyampaikan antara lain, tugas pengurus baru BWI adalah mentransformasikan potensi wakaf menjadi kekuatan yang nyata.
“Kita semua pasti menyadari bahwa potensi wakaf luar biasa besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai bidang dan mendukung perekonomian nasional. Namun, kita tidak boleh hanya berhenti sampai potensi. Tugas pengurus BWI yang baru adalah mentransformasi potensi itu menjadi kekuatan riil,” ujar M Nuh kemarin. Ia terpilih dalam rapat pleno pertama Rabu (29/11/2017), di kantor BWI, Jakarta.
Baca: Kembangkan Potensi Wakaf Produktif, BWI Bangun Rumah Sakit Mata
Presiden Joko Widodo telah menetapkan Keputusan Presiden Nomor 74/M Tahun 2017 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dalam Keanggotaan BWI. Melalui Keppres tersebut, Presiden mengangkat 27 orang warga negara Indonesia menjadi anggota BWI masa jabatan tahun 2017-2020.
Berdasarkan Pasal 53 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, jumlah anggota BWI terdiri atas paling sedikit 20 (dua puluh) orang dan paling banyak 30 (tiga puluh) orang.
Struktur organisasi BWI, menurut Pasal 51 UU Wakaf tersebut, terdiri atas Dewan Pertimbangan dan Badan Pelaksana. Badan Pelaksana merupakan unsur pelaksana tugas BWI, sedangkan Dewan Pertimbangan merupakan unsur pengawas pelaksanaan tugas BWI.
Baca: Ketua Dewan Ahli BWI: Potensi Wakaf di Indonesia Cukup Besar
Nama-nama yang diangkat oleh Presiden menjadi anggota BWI masa jabatan 2017-2020, dirilis BWI, ialah sebagai berikut:
1. Prof. Dr. H. Mohammad Nuh;
2. Dr. H. Slamet Riyanto, M.Si.;
3. Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si.;
4. Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag.;
5. Muhammad Fuad Nasar, M.Sc.;
6. Prof. Dr. H.E. Syibli Syarjaya. LML, M.M.;
7. Dr. H. Muhammad Luthfi;
8. Ir. Jurist Efrida Robbyantono;
9. Ir. Iwan Agustiawan Fuad, M.Si.;
10. Siti Soraya Devi Zaeni, S.H., M.Kn.;
11. Ir. Rachmat Ari Kusumanto;
12. Dr. Imam Teguh Saptono;
13. A. Muhajir, S.H., M.H.;
14. Dr. Abdul Muta’ali, M.A., M.I.P.;
15. Ahmad Wirawan Adnan, S.H., M.H.;
16. Dr. Atabik Luthfi;
17. Diba Anggraini Aris, M.E.;
18. Dr. Fahruroji, Lc., M.A.;
19. Dr. Hendri Tanjung;
20. Imam Nur Aziz, M.Sc.;
21. Drs. H. Zakaria Anshar;
22. H. Mochammad Sukron, S.E.;
23. Dr. H. Nurul Huda, S.E., M.M., M.Si.;
24. H. Nur Syamsuddin Buchori, S.E., S.Pd., M.Si., CIRBD;
25. H. Sarmidi Husna, M.A.;
26. Drs. H. Susono Yusuf; dan
27. Dr. Yuli Yasin, M.A.*